Monday, June 17, 2013

HELATEATER Salihara: Warm (RICTUS, Prancis)

Jumat, 7 Juni 2013, 20.00.

Teater Salihara.


SEKILAS CERITA
Dua penambul (pemain akrobat) dengan penuh bahaya mengimbangkan badan mereka, dan sebuah obsesi: suara perempuan. Tetap berpegangan meskipun di tengah kekacauan, panas, cahaya, cucuran keringat. Sepotong suara membujuk mereka entah dari mana, tetapi dua lelaki itu tetap berpegangan di tengah godaan sensualitas dan ancaman kehancuran. Terperangkap di antara dua dinding cahaya, mereka mengembangkan gerakan saling mengangkat, dari tangan ke tangan, dalam keseimbangan yang kian rapuh, berupaya tetap berpegangan, mengejar di bawah perintah nafsu dan panas yang bergetar tanpa akhir.

Warm adalah instalasi berupa dua dinding cahaya, lelampu yang dalam kekuatan rendah menghasilkan cahaya keemasan, putih kemerahan dan dengan kekuatan yang lebih tinggi menghasilkan cahaya putih penuh pesona sekaligus menyilaukan mata. Suhu selama pertunjukan ini bisa mencapai 45 derajat Celcius sehingga memancing keringat para penambul. Itulah musuh yang akan mereka taklukkan.

PEMAIN
Alexandre Fray & Frédéric Arsenault sebagai penambul

Sha Ine Febriyanti sebagai pemonolog.

TIM PRODUKSI
Instalasi & Sutradara - David Bobee
Penulis - Ronan Chéneau
Penerjemah - Saraswati Wardhany
Penata cahaya & Instalasi - Stéphane Babi Aubert
Penata Musik - Frédéric Deslias
Konstruksi panggung - Salem Ben Belkacem
Manajer panggung - Thomas Turpin
Asisten - Nina Chataigner
Produksi - Rictus
Poduksi bersama Les Subsistances, Lyon, dan L'Hippodrome, Scène Nationale, Douai.
(sumber: buku HELATEATER Salihara)

SEDIKIT KOMENTAR


Begitu masuk ruangan pertunjukkan, hawa panas menyeruak. Tak ada angin. Tak ada hawa dingin. Semua hanya pengap. Uap. Hanya uap air berupa keringat.

Saya memilih duduk agak atas. 5 menit sebelum mulai, penonton sudah ramai menanti. Menanti pertunjukkan hebat di tengah arena yang begitu hangat. Hangat! Terlalu hangat.


Monolog oleh Ine, terasa begitu mulus tanpa terhambat. Penghayatannya sungguh memukau. Dalam panas, dia bermonolog dan berekspresi. Satu kata yang bisa terucap: WOW!

Ine tak sendiri di panggung pentas. Ia didampingi dua orang pria yang menggeliat di tengah panas memanggang. Semua terlihat begitu seru. Pecah!

Gerakan demi gerakan duo penambul membuat mata ingin terus menatap, meskipun memang harus terpaksa beberapa kali harus memicing karena silau dan panas menyerang.

Mengenai monolognya, jujur, saya tidak terlalu bisa memaknai. Bukan karena tak lugas, tapi memang saya kurang bisa menangkap saja arti dibaliknya. Monolog yang sarat makna sepertinya.

Perhatian saya lebih tertuju pada setiap gerakan dan liuk lekuk para penambul. Mereka terlalu menakjubkan. Bergerak lincah di tengah panas yang tak wajar! Saling menahan dan berusaha seimbang meski peluh tak berhenti bercucuran. Satu tangan menahan satu badan dari tengah ke atas. Satu kepala menahan satu badan dari bawah. Saya kagum. Terpana. Terlalu suka.

Di beberapa bagian menjelang akhir perhelatan, saya mulai merasa ragu mereka masih bertahan. Bagaimana bisa mereka tahan beraksi di suhu seukuran ruang sauna sambil terus berusaha memuaskan para mata? Hebat! Penampilan hebat! Saya (lagi-lagi) tak menyesal datang ke salah satu pementasan dalam HELATEATER ini.
Meskipun ruang begitu hangat dan tangan terus mengipas, penampilannya sungguh membuat puas.
Meskipun monolog dan jalannya saya tidak begitu paham, tapi usaha mereka untuk melawan ancaman kehancuran seperti panas yang mencekam, sungguh patut membuat jempol diacungkan.

Berkesan! Sungguh berkesan!

KETIGA PENAMPIL.

KETIGA PENAMPIL + Sutradara.

Tata Panggung. Kanan kiri, yang lampu-lampu terang, itulah yang menghasilkan panas begitu dahsyat.

No comments:

Post a Comment

Thanks for leaving a comment :)