Friday, May 30, 2014

Makan malam di Yuan Mongolian Restaurant: The Shabu Cuisine...

Gagal diet detected. -,-

Seminggu menjalani diet ketat ternyata berujung tak sempurna.
Minggu malam (25/5) akhirnya semuanya runtuh seketika ketika akhirnya gue sama mama papa oma opa memutuskan makan malam di sebuah restoran di Alam Sutra.

Nama restorannya Yuan, Mongolian Restaurant. Mongolian Food yang ditawarkan membuat gue akhirnya penasaran. No googling-googling, No kepo-kepo, langsung aja menuju TKP dan lihat menunya langsung...

Penampakan restorannya... Cukup... Nyaman untuk keluarga...
Restoran ini ternyata sudah berdiri mulai November 2011. Karena kurang memperhatikan atau kurang menonjol dibanding restoran-restoran di dalam The Flavor Bliss yang ada tepat di seberangnya, gue sama keluarga nggak begitu sadar dengan ke-eksis-an restoran ini. Baru sadar ketika waktu itu kita makan di Pho24 Vietnamese Pho Noodle  dan melihat ke arah seberang. Nah, terlihat deh si YUAN ini.

Begitu masuk, aroma MSG-nya merebak. Entah sih, MSG beneran atau justru wangi kaldu yang memang aduhai enaknya. Cuma, begitu masuk restorannya, aseli bikin perut langsung bermain gendang.

Gue langsung duduk di tempat paling dekat pintu masuk. Lihat-lihat menu dan akhirnya memutuskan untuk pesan makanan porsi-an. Selain porsi-an, sebenarnya kita bisa memilih menu shabu-shabunya. Untuk menikmati shabu-shabu ini juga ada dua pilihan. Mau bayar per-pilihan aja (daging, seafood, ball, and vegetables) atau All You Can Eat. Hmm.


Spoiler penampakan meja gue. *bingung caption*
Untuk yang bayar per-pilihan...
Pertama, lo harus pilih dulu mau kuah rasa apa (House Special Original Broth, House Special Spicy Broth, Half Half -Original and Spicy Broth-, House Special Cooling Broth, dan Half Half -Cooling Broth and Spicy Broth)
Kedua, lo bisa pilih menu untuk shabu-shabunya (The Meat -daging sapi dan domba-; The Balls, Raw La Mian and Wonton; The Vegetable, Mushroom, and Tofu). Pilihan-pilihannya beragam sekali. Setiap jenis punya harganya masing-masing begitu.


Ini pilihan-pilihan kuahnya
Penampakan menu, di halaman pilihan daging-daging...
Ketiga, tunggu semua pesanan datang dan, your shabu-shabu is ready!!! Tinggal beraksi cemplung-cemplungin bahan-bahannya ke dalam panci yang akan dipanaskan di tengah-tengah meja lo.

Untuk yang memilih All You Can Eat...

Lo akan dikenakan biaya IDR 148.000,- per orang. Peraturannya? Ada...

1. Setiap meja harus memesan menu makan sepuasnya yang sama
2. Silahkan menghabiskan makanan yang sudah dipesan.
3. Untuk makanan yang tersisa akan dikenakan biaya sebesar 1 porsi dari harga ALA CARTE
4. Pelanggan diberikan waktu maksimal 2 jam.
5. Anak 12 tahun dihitung setengah harga.
6. Hanya berlaku untuk makan di tempat.
7. Tidak dapat digabungkan dengan promosi lainnya.

Nah, untuk pilihan All You Can Eat, rasa-rasanya, nggak semua pilihan menu bisa dinikmati. Hanya pilihan-pilihan tertentu aja yang bisa diikutsertakan ke dalam tipe All You Can Eat ini. Kenapa gue tau? Soalnya di kertas pesanan yang gue peroleh, nggak semua menu ada kolom quantitynya. Hehe...

Hmm, penasaran juga sih sama shabu-shabunya.
Tapi kita terlanjur memilih menu paket-an. Dan akhirnya, pilihan kita (gue mama papa oma opa) jatuh pada beberapa menu di bawah ini...



1. Minced Beef La Mian With Mix Ball - untuk papa (IDR 32)
Tidak sempat mencicip. Hiks.




2. Minced Beef La Mian With Fish Ball - untuk mama (IDR 32)
Tidak sempat mencicip punya papa, tapi sempat mencicip punya mama. Nama menunya sama, bakso yang menemani aja yang beda. Punya papa, baksonya campur. Ada sapi dan ikan. Nah, di pesanan mama, baksonya cuma bakso ikan aja.

Setelah mencicip, jujur gue kurang suka. Rasanya biasa aja. Kurang asin-asin pedas gurih gitu deh. Mungkin emang belum gue tambah-tambahin bumbu lagi sih, tapi rasa aslinya emang datar aja gitu...



3. You Po Mian With Lamb - untuk gue (IDR 30)
Nah, ini the best lah. Gue emang nggak suka Minced Beef La Mian-nya, tapi You Po Mian ini gue suka! Soalnyaaa, bumbunya langsung dicampur di mangkok mi-nya. Jadinya gurih. Bayangkan, rasanya itu seperti bumbu mi instan/ bubuk kaldu dicampur bubuk cabe dicampur kecap asin.Wuidih!




Bentuk mi-nya juga nggak biasa. Melainkan unik luar biasa. Bukan mi halus-halus kayak bakmi. Bukan juga mi lebar atau kwetiau. Tapi, mi-nya ini diserut alias mi serut. Bentuknya kasar-kasar nggak beraturan. Pas dikunyah juga agak kenyal dan nggak mudah hancur di mulut. Tapi, gue suka yang begini-begini... Hehe. Agak padat sih. Terlalu padat bahkan. Makanya, gue bilang diet gue gagal. Huh.

Daging dombanya gue suka. Ternyata, rasanya itu antara campuran rasa daging kambing dan daging sapi. Lebih soft juga teksturnya dan lebih creamy. Seolah-olah ada kandungan susunya gitu di daging ini. Hmm...

Makan mi ini didampingi semangkok kuah kaldu lagi. Jadi lebih segar dan nikmat aja gitu di mulut. Nggak cuma pesanan gue aja yang didampingi kuah, tapi Minced Beef La Mian itu juga ditemani kuah, kok.

4. Seafood Fried Rice - untuk opa oma (IDR 28)
Biasa, mereka bagi dua karena nggak bisa makan banyak-banyak. Selain makan nasi goreng ini, mereka juga dapat mi dari mama, mi dari gue. Jadi, mereka juga mencoba menu-menu lainnya. Yeay! :D



Gue nyobain nasi gorengnya satu sendok. Bumbunya pas dan cukup terasa. Nggak kekurangan rasa atau tawar, apalagi kelebihan bumbu. Enak di lidah meskipun nggak perlu pakai banyak kecap seperti nasi goreng di tempat lain. Uhuy lah pokoknya...

5. Pan Fried Dumpling with Lamb - untuk rame-rame (IDR 38)
Papa yang mesen. Kita habisin sama-sama. Bentuknya kayak dumpling biasa, tapi ini isinya daging domba. Terus digoreng di atas pan gitu. Satu porsi isinya delapan buah. Cukup enak. Daging dombanya dihalus-halusin dan ditambah daun bawang. Ya, mirip-mirip suikiaw/shrimp dumpling/pangsit lah.



6. Lamb Satay - untuk rame-rame (IDR 36)
Satenya tanpa bumbu kecap, tanpa bumbu kacang, tanpa bumbu lah. Disajikan begitu saja tanpa saus apa-apa. Seperti daging bakar biasa. Rasanya bolehlah. Recommended kok. Kurang manis aja jadinya kurang lezat deh. Haha, soalnya kan gue cinta semuanya yang dibakar-bakar pakai kecap (ingat cerita-cerita gue sebelumnya?)



7. Oolong Chinese Tea for 5 (@IDR 12 )
Ini nggak recommended. Cukup high price yaaa. Hehe.

Nah, dari keseluruhan menu itu, yang paling the best emang pesanan gue. Sama Lamb Sataynya cukup enak lah.
Soal harga, kalau makan bareng keluarga, harus siap-siap uang sekitar IDR 300.000,-. Kalau makan sendiri atau berdua, agaknya IDR 100.000,- sampai IDR 150.000,- cukup. Kecuali ya mau All You Can Eat

Yuk ah yang penasaran nyobain Mongolian Food dan Shabu-Shabu dengan banyak pilihan, langsung aja ke Yuan! 

Yuan The Shabu Cuisine: Jalan Alam Sutra Boulevard Blok 10E No. E1-E2 Serpong.

See yaa next pengunyahan!

Friday, May 23, 2014

Tukang Ketoprak.

Sore itu aku melangkah keluar Transjakarta. Tidak terasa, sudah hampir satu jam aku berdiri di dalamnya. Bertumpuk menyatu dengan belasan, bahkan puluhan penumpang lain yang macam-macam asalnya.

Dahiku perih. Bahkan untuk mengerutkannya pun, cukup sakit. Ya, wajar. Dua hari aku terbakar matahari. Tangan dan lengankupun, tak kalah perih. Warnanya mulai memerah. Mungkin ini yang namanya kulit terbakar. Wajahku, mungkin sudah tak beraturan. Keringat bercucuran. Ya wajar. Mau bagaimana lagi.

Kakiku melangkah keluar terminal. Sesegera mungkin, aku ingin berpindah ke atas angkutan umum yang akan membawaku ke rumah. Belum sampai kutemukan angkutan umum yang pas, kuhentikan langkahku di depan sebuah tenda ketoprak. Aku yang kala itu ditemani seorang temanku memutuskan untuk berhenti dan mampir sejenak mengisi perut yang cukup lama terhoyak di atas kapal.


"Pak, ketopraknya dua. Yang satu, ketupatnya setengah."

"Ya, mbak."



Aku duduk menghadap ke jalan raya, sementara temanku menghadap ke arah tukang ketoprak. Gerah, aku membeli tisu di warung sebelah, lalu mengusapkannya ke wajah. Duh, perih. Rasanya wajahku seperti tak terlapisi kulit lagi. Langsung mengenai bagian dalamnya. Ah, tapi masa iya. Aku, toh masih merasakan adanya kulit wajah. Ya sudah. Perih ini mau tak mau harus kutahan. Tak mungkin wajah ini kulepas dan kutitipkan di sini, kan?

Makananku datang. Bumbu kacang, ketupat, dan bihun yang mengisi piring itu langsung aku lahap hingga perlahan melewati tenggorokan. Lumayan.

Sambil mengunyah, aku melihat ke arah tukang ketoprak yang bermain bersama anaknya di dalam gendongan istrinya. Masih kecil. Mungkin, belum sampai 1 tahun umurnya. Kalau boleh kutebak, sosok ayah yang ada di dekatku ini, begitu menyayangi anaknya. Wajarkah? Ah, kurasa tidak. Ah, tak tau juga.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjA4PHMh2v1OG_7JAxw0TNFHBA5_xDuGR3yHSSD3u_QSMu1xYK04pF5YjH9Wt4_s4CW-JNGz1cjhCLLg6LTVyh1eKquJWFmR0ZVkoDwu_vNmkPXUwbeC5huGz5DpSx3wCfa6-C_Sj10vEI/s1600/gerobak+ketoprak+vektor+by+thesoeryanto.jpg
Mataku melihat. Mulutku mengunyah. Kerupuk dan tahu ikut hanyut ke dalam perut.
Tak lama, tukang ketoprak duduk melihat aku dan temanku kemudian berujar,

"Kalian pacarannya udah lama?"

"Haha, dia Pak? Dia mah temen saya."

"Oalah. Kirain udah lama. Kalau pacaran nih, saya mau bilang aja, seandainya nanti nikah, terus punya anak, rasanya nikmat banget."


Kami diam dan tersenyum. Menanti untuk mendengar lebih lanjut. Tanpa bicara, tukang ketoprak meneruskan suara pikirannya:


"Punya anak itu Mas, rasanya beda. Adem bawaannya. Saya nih, pulang ke rumah, liat piring belum dicuci, rasanya mau aja marah-marah. Eh, abis liat anak sama istri udah tidur kecapean, akhirnya nggak jadi marah Mas. Saya cuciin aja piringnya."

"Ya, saya mikirnya mungkin istri saya capek Mas, ngurus anak seharian. Ngurusin yang lain juga. Yasudahlah, enggak apa-apa."



"Emosinya jadi teredam ya Pak, semenjak punya anak? Anaknya lucu banget lagi Pak. Gemes."

"Iya, mba. Makanya nih, saya adem banget liatnya. Mas sama mbak pacaran udah berapa lama?"

Aku dan temanku berpandangan sekilas.

"Oiya, nggak pacaran ya, Mas? Kalau saya sama istri saya, dulu pacaran cuma dua bulan setelah itu langsung menikah."

"Waduh, cepet juga ya, Pak?"

"Iya, gitulah mba. Ngapain lama-lama. Sebulan pacaran, saya langsung ajak dia nikah. Dia bilang pikir-pikir dulu. Yasudahlah kata saya. Saya tungguin dia sebulan lagi, akhirnya sebulan lagi, bener mas, dia datang sama saya, dia bilang mau nikah sama saya. Ya sudah, saya ajak dia ke kampung saya, kita nikah."

Aku masih menyantap ketoprak hasil buatan laki-laki penuh cerita ini, sementara temanku menenggak air mineral usai menatap piringnya yang licin tak bersisa. Tentunya, kami masih menanti kelanjutan cerita.

"Kampungnya di mana, Pak? Di Jawa?"

"Iya mas, saya Di Tegal. Istri saya Banyumas. Lumayan, lah"

"Lah, deket dong ya Pak sama kampung istri? Lebaran nanti mudik nggak nih, Pak?"

"Iya, deket Mas. Wah, belum tau juga nih mudik atau nggak. Saya nggak berani mudik naik motor, udah punya anak begini."

"Jadinya di sini aja Lebarannya, Pak?"

"Mungkin, Mas. Tapi tergantung. Kalau adik bini saya ngajak mudik bareng, ya pulang. Tahun lalu, saya mudik sama dia Mas. Kaget saya. Dia telepon bini saya, bilang dia ada rejeki, bisa beli mobil tahun 2009. Xen*a. Saya sama bini nggak percaya, eh ternyata beneran. Pulang juga kita akhirnya, dibawa sama adik bini saya."

"Wah, berkah ramadhan banget dong, Pak?" ucapku sumringah.

"Iya, saya ngeliat bener itu mobilnya. Seneng saya dia udah sukses. Dulu, waktu sekolah mah bandel banget. Sampai akhirnya lulus SMA, udahlah masuk militer aja. Sempet susah juga ngebiayain. Akhirnya saya jual sawah, bantuin adik ipar saya. Ya, syukur deh mas, sekarang sudah sukses. Sawah sudah kebeli lagi dibantuin sama dia. Ikut seneng dan bangga saya, liat dia berhasil begitu."

"Haha, anak badung katanya emang gitu, Pak. Udah gedenya berhasil."

"Amin"

"Amin-amin. Dia sekarang tugasnya di Cilandak sana. Dulu, waktu saya bermasalah sama orang di sini, dia langsung turun tangan bantuin saya."

"Masalah apa Pak emangnya?"

"Biasa, posisi dagang. Saya kan lumayan lama jualan di sini. Masa tempat saya mau di ambil. Ujung-ujungnya berantem. Saya dipukul. Saya enggak terima dan saya balik serang dia.Banyak saksi tapi diam. Akhirnya adik ipar saya langsung ke sini dihubungin sama bini saya."

Terperangah.


"Terus masalahnya selesai kan, Pak?"


"Iya, untungnya udah selesai"



"Ya gitulah Mas. Kalo kita baik nggak niat jahat mah, pasti ada aja yang nolongin. Adik ipar saya baik juga, mau nau-in keluarga, nggak badung-badung lagi setelah lulus."


"Iya, Pak. Syukur lah Pak, jadi seneng sekarang semuanya. Rumah jauh, Pak?"

"Nggak juga, ya di belakang sini lah" ucapnya sambil menunjuk jauh ke arah belakang tenda ketopraknya.

"Bang, satu ya."

"Iya." bapak tukang ketoprak langsung berdiri menyiapkan sepiring untuk seorang lagi. Piring saya sudah lama kosong. Mau tak mau obrolan kami harus terputus. Aku dan temanku saling memberi tanda bahwa kita harus segera pulang.

Berdiri angkat pantat dari tempat duduk yang akhirnya menghangat, kami berdua pamit pada si tukang ketoprak yang kelihatannya penuh semangat.

Angkutan umum yang diharap, sudah menunggu sedikit jauh dari tenda ketoprak. Kami melangkah, naik ke dalam dan menumpang dalam diam. Menanti waktu jumpa penghuni rumah setelah dua hari jumpa alam.

Ya, penghuni rumah. Yang paling dekat, hangat, dan ramah. -



*terinspirasi dari cerita nyata seorang tukang ketoprak yang saya temui di dekat terminal Kalideres(04/05), dengan sedikit (sekali) perubahan.

Wednesday, May 21, 2014

Jajanan Pagi di Pasar Puri.

Kali ini gue mau cerita soal beberapa menu yang biasanya jadi menu sarapan gue selama gue kerja di daerah Puri Indah.

Jadi, di daerah Puri itu ada yang namanya Pasar Puri. Ya, penampakannya seperti layaknya pasar-pasar biasanya lah ya...

Dulu, gue main ke Pasar Puri untuk nyari titipan orang kantor. Saat itulah saat pertama kalinya gue tau ada jualan apa aja di pasar itu. Hoho. Kebanyakan sih ternyata pada jual yang non-halal (NH) gitu deh, semacam daging non-halal yang biasa dikonsumsi bersamaan sama Nasi Campur ala Medan. Tapi, selain yang non-halal ini, ada juga kok tempat jajanan yang jualan jajanan pasar dan makanan halal lainnya. Pokoknya kalau pagi-pagi nyari sarapan, pas banget ke sini. Ya, kalau kantornya dekat sini. Kalau dari tangerang ke Puri cuma buat jajan, repot juga sih. Haha.

Pertama kali itu, gue beli siomay NH sama bakso goreng NH di salah satu kios (Pasar Puri, blok I/5). Harganya sih lumayan sih, lumayan bikin kantong tipis. Tapi rasanya enak banget. Harga siomay-nya IDR 7.000,-; Harga bakso gorengnya IDR 7.500,-. Ada dua ukuran untuk bakso gorengnya, ada yang besar ada yang kecil.

Soal rasa, dagingnya cukup terasa di siomaynya. Ukurannya juga nggak kecil. Jadi, kalau dipikir-pikir, sebanding sih sama harganya. Begitu juga sama baksonya, kalau makan pas panas-panas, garing banget, enak. Apalagi ditemani sama saus manis pedes gitu. Yumm!

Kiri bakso, kanan siomay.
Di kios yang sama, kadang gue juga beli nasi kucing sama telur asinnya. Harga nasi kucingnya (ada isi peda, cakalang, atau ayam) itu IDR 6.000,-. Kalau telur asin, harga satuannya IDR 6.500,-. Makanan yang ini ya pasti halal dong ya. Hehe. Biasanya satu butir telur gue bagi dua sama nyokap (kalo berangkat kerja kan sering bareng), nah rasanya juga enak. Asinnya berasa.


Akhirnya jadi nagih beli ini hampir setiap pagi. Tapi kalo lagi nggak pengen siomay atau bakso atau telur asin, jadinya gue ganti yang lain lagi.

Nah, sebagai penggantinya, gue menemukan sebuah kios, beralamat di Pasar Puri Blok K21 yang menjual Lasagna, Sosis Brood, Siomay NH juga, dan banyak jajanan lainnya. Yang jualan ini udah agak tua, opa-opa oma-oma gitu deh. Hehe, jadi inget sama opa oma saya.

Lasagna yang ini rasanya (lagi-lagi) enak. Beneran, deh. Hmm, keju dan dagingnya terasa lekker deh pokoknya. Harganya IDR 13.000,-. Cuma makanan ini yang gue yakini nggak terlalu mahal.

Sosis Brood sendiri adalah pastry kesukaan nyokap gue. Jadilah setelah mengetahui si tante jualan ini, nyokap gue penasaran buat nyobain. Satu Sosis Brood yang dijual di sini harganya IDR 6.000,-. Kalo kata nyokap cukup mahal euy satu biji harganya segitu. Tapi, pas nyobain, ya emang nyokap nggak nyesel sih. Kulitnya garing, terus menteganya berasa, terus isi dalamnya padat. Gimana mau nyesel kalo rasanya enak? Sosis Brood yang dijual di sini isinya daging Non Halal. 

Lasagna (kiri), Sosis Brood (kanan)

Lasagna (setelah dimakan sebagian)...
Untuk jajanan-jajanan lainnya gue belum terlalu mengeksplor sih. Cumaaa, suatu saat nanti gue mau nyobain nasi campur Medan yang dijual di sini. Ya, bisa lah ya buat makan siang. Hehe.

So, yuk mampir sis ke Pasar Puri sekali-sekali.
:):)

Tuesday, May 20, 2014

Terasa Younger Teringat Sunset.

Saya bikin tulisan ini karena terinspirasi sama salah satu tulisan temen saya di blognya. Tulisan ini ditulis dengan gaya 'saya' bukan gaya 'gue' ya.

Di blog itu dia bilang, kalau kata orang-orang, kita harus mendengarkan sebuah lagu ketika berkunjung ke sebuah tempat. Tujuannya, supaya ketika kita mendengarkan lagu yang sama, kita bisa mengingat lagi tempat yang kita pernah kunjungi itu.

That's what I always do in the past few days.

Di playlist yang biasa saya dengar sambil kerja di kantor, pasti saya selipkan dua buah lagu berikut ini. Kejadian yang terputar tidak beranjak jauh dari perjalanan terakhir saya ke Pulau Harapan beberapa waktu lalu.

Yang pertama itu, lagu berjudul Younger dari Seinabo Sey (Kygo Remix).

Lagu ini sempat diputar beberapa kali ketika saya sedang melakukan pelarian ke Pulau Harapan. Awalnya, saya sama sekali nggak tau lagu ini. Saya baru mengenal lagu ini ketika diputar dari HP milik Suzanne waktu kita lagi istirahat-istirahat santai di homestay Pulau Harapan. Selain itu, pas lagi di kapal jalan pulang juga lagu ini diputar lagi. Jadinya, agak tersimpan dan membekas di otak saya. Pas dengar lagunya di saat-saat sekarang, otomatis yang terlintas di kepala ya kejadian-kejadian pas trip terakhir di Pulau Harapan itu.

Kemudian, pas baca liriknya, saya mengira bahwa lagu ini, hmm, it's about enjoying your freedom and catching your dream sih. Sesuatu yang memang harus dinikmati dalam hidup.

There’s a conclusion to my illusion
I assure you this
There’s no end to this confusion if you let it wish you well
Soul to sell
Highest bidders, can’t you tell what you’re getting?
There is a light to all this darkness, I will tell you this
There’s redemption in you asking them just why it is
Some answers are better left unspoken when you know you ain’t getting any

Younger, younger, younger
Are you?
Younger, younger, younger
Are you?
You ain’t getting any
Younger, younger, younger
Are you?
Younger, younger, younger
Are you?
You ain’t getting any
Younger, younger, younger
Are you?
Younger, younger, younger
Are you?
You ain’t getting any
Younger, younger, younger
Are you?
Younger, younger, younger
Are you?
You ain’t getting any
Getting any

No, you ain’t getting any

Younger, younger, younger
Are you?
Younger, younger, younger
Are you?
You ain’t getting any
Younger, younger, younger
Are you?
Younger, younger, younger
Are you?

Why we fight to get on loving I’ve been wondering
How your mind will leave you hanging your heart lingering
Stay lost
Then found by whoever stays around forgetting
There is a way to be yourself, I assure you this
There’s a way to catch your dreams without falling asleep
You might as well get it while you can, babe
'Cause you know you ain't getting any

Younger, younger, younger
Are you?
Younger, younger, younger
Are you?
You ain’t getting any
Younger, younger, younger
Are you?
Younger, younger, younger
Are you?
Getting any
Younger, younger, younger
Are you?
Younger, younger, younger
Are you?
You ain’t getting any
Younger, younger, younger
Are you?
Younger, younger, younger
Are you?
You ain’t getting any

Younger, younger, younger
Are you?
Younger, younger, younger
Are you?
You ain’t getting any
Younger, younger, younger
Are you?
Younger, younger, younger
Are you?

Younger, younger, younger
Are you?
Younger, younger, younger
Are you?
You ain’t getting any
Younger, younger, younger
Are you?
Younger, younger, younger
Are you?
You ain’t getting any
Younger, younger, younger



Kalau lagu yang kedua ini judulnya Sunset dari Steven & Coconut Treez.
Bukannya mau bergaya jadi anak reggae, tapi memang saat saya sedang melihat Sunset di Pulau Bulat (Kepulauan Seribu) pas trip terakhir, yang langsung saya ingat adalah lagu ini. Terutama pas reffnya.
Efeknya, sekarang-sekarang kalau mendengar lagu ini, saya jadi membayangkan si sunset Pulau Bulat yang terlalu cantik untuk dilupakan itu. Asli, air laut, pantai, dan pemandangan yang sungguh memukau itu mampu jadi candu. Hmm.

Photo was taken by Suzanne Lemmens. May 3rd 2014.

Kunikmati mentari yang mulai menepiDan perlahan menghilangDan senja jingga dekapkuDamaikan hati, buatku melayang

Dan bila ku harus akui adanya yeahTentang yang tlah terasaDan tak kan ku ragu akui adanya yeahTentang yang kupercaya

Sunset yang tenggelamTak kan seindah tanpa kau di siniSunset yang terbenamTak kan sejingga tanpa kau di sini

Dan tak kan ku ragu kuakui adanyaSemua yang terasa kan kupercayaDan tak kan ku ragu kuakui adanyaSemua yang terasa kan kupercaya

Wish could see another and other sea and beach...

Sunday, May 18, 2014

Bebek Goreng Pak Kabul: Bebek Maknyus asli Indonesia.

Kenapa gue bilang asli Indonesia?

Soalnya, pedas sambalnya pas sama cita rasa Indonesia. Rasanya pas sama cita rasa Indonesia. Garingnya juga pas sama cita rasa Indonesia. Dan yang terpenting, kita cuma bisa menjumpai Bebek Goreng Pak Kabul di Indonesia. Hehehe.

Jadi, gue sebenarnya udah beberapa kali sih makan ke tempat ini. Dulu, rekomendasi dari papa. Cuma, kok gue nulis banyak-banyak tentang tempat makanan lain, nah tentang ini gue nggak nulis. Padahal, berbagi cerita tentang bebek buat kalian-kalian yang (mana tau) adalah pecinta bebek juga, informasi ini tergolong cukup penting...:D

Terakhir gue makan Bebek Pak Kabul ini, gue memesan tiga Paket Kwek-Kwek 5 (Nasi, Bebek Goreng Paha, Tahu, Tempe, Lalapan, Sambal), satu Bebek Goreng Kremes, satu Ikan Asin Jambal, dan satu Tumis Daun Pepaya Teri. Kesemua makanan ini dipesan buat gue, bokap, sama nyokap. Yang makan dua bebek itu bokap gue. Nagih banget dia sama bebek di Bebek Pak Kabul ini.

Sayangnya, karena gue mesennya by delivery order, jadi nggak bisa foto bagus-bagus yaa. Skillnya masih newbie nih sodara-sodara. Hehe.

Tumis Daun Pepaya Teri + Paket Kwek-Kwek 5
Soal rasa dan tekstur, Bebek Pak Kabul ini nggak kalah dengan bebek-bebek lainnya yang udah punya nama besar di Jakarta. Tekstur dagingnya lembut, nggak amis, dan garing. Mungkin karena bebek ini digorengnya kering, nggak basah.

Bebek Penyet!

Rasanya, pas. Nggak keasinan, nggak juga tanpa rasa alias hambar. Gue kan salah satu orang yang nggak bisa makan kalau nggak ada yang namanya sambal. Nah, Bebek Pak Kabul ini membuat gue bisa makan bebeknya aja tanpa sambal, karena sambalnya super pedas dan bikin keringetan sama idung meler-meler. Haha. Ngunyah bebeknya aja udah enak ya karena rasanya yang pas dan gurih tadi. 

Berbicara soal bebek, nggak lengkap kalau gue nggak ngulas juga soal lalapan yang nemenin bebeknya. Di Bebek Pak Kabul ini, lalapan yang dikasih itu timun sama daun pepaya. Daun pepaya itu kan terkenal sama rasanya yang pahit yaaa, tapi kalau di Bebek Pak Kabul ini, kita nggak akan ngerasain kepahitannya si daun pepaya. Entah gimana caranya, daun pepayanya bisa nggak pahit, malah justru punya rasa yang hampir sama dengan daun singkong. Begitu juga dengan Tumis Daun Pepaya Teri yang gue pesan kemarin. Rasanya makin enak karena daun pepaya yang nggak pahit ditambah dengan ikan teri yang punya rasa agak asin-asin gitu. Maknyuss lah yaaa kalau kata Pak Bondan. 

Terus, kalau ikan asinnya emang ya biasa lah ya, begitu-begitu aja rasanya tetap asin seperti biasanya. FYI, gue suka banget sama ikan asin jambal. Pas kuliah, gue minta nyokap gue gorengin ikan asin jambal buat gue simpen di kosan dan gue... cemilin. Iya, kinda freak sih nih emang. Tapi mau gimana lagi... Namanya doyan. Hahaha.

Yang top markotop emang sambalnya. Like I've said before, sambalnya pedas syekalih. Tapi, di saat yang bersamaan juga enak syekalih. Makan pakai daun pepaya, enak. Makan pakai ikan asin, super enak. Makan pakai bebek, super super enak. Hmm, enak tapi pedas, pedas tapi enak lah pokoknya. Mungkin yang bikin enak itu, sambalnya punya rasa asin gitu sedikit, jadi tetap enak dan gurih begitu sampai di lidah. Secara, gue doyan banget sama rasa asin pedas. Perpaduan rasa favorit deh asin sama pedas itu.




Selain jual bebek, di Bebek Goreng Pak Kabul kita juga bisa menemukan menu lainnya, seperti ayam kampung, sup iga, iga bakar, dan sup buntut.

Bebek Goreng Pak Kabul sejauh ini udah ada di empat tempat berbeda.
Alamat-alamat rumah makan Bebek Goreng Pak Kabul (sesuai brosur yang saya punya):

1. Jalan Utama Raya no.19 Cengkareng-Jakarta Barat
Telpon: (021) 706 46 496. 371 35 111

2. Apartemen Green Park View Lt. Dasar EK-12 Jakarta Barat
Telpon: (021) 970 88 723

3. Komplek Depag No. 25 Kalimati, Kedaung Kaliangke Jakarta Barat 11710
Telpon: (021) 367 88940

4. Jalan KH Hasyim Ashari No. 46 - Cipondoh Tangerang
Telpon: (021) 863 777 11, 44700275

Kalau hujan atau sedang malas kemana-mana, Bebek Goreng Pak Kabul ini menyediakan layanan pesan antar juga loh. Cukup hubungi nomor telepon yang tertera dan lakukan pemesanan! Pesanannya nanti dianterin deh ke rumah masing-masing.

Conclusion: Highly Recommended for you, para pecinta Bebek!