Wednesday, January 30, 2013

Gogirl! edisi Januari: Realisasi untuk jadi penulis.



There can be miracles
When you believe
Who know what miracle
You can achieve
When you believe
Somehow you will
You will when you believe

(Mariah Carey- When you believe)

Suatu keajaiban dan ketidakmungkinan, mungkin aja bisa kita raih. Tapi, darimana kita tau kita bisa meraih keajaiban itu atau nggak, kalau  kita sendiri nggak pernah mencoba percaya bahwa kita bisa?

Percaya nggak percaya, kalimat di atas bisa terlintas di benak gue, setelah gue baca majalah Gogirl! edisi Januari. Kenapa? Karena kali ini, Gogirl! membahas POP WRITING ISSUE dalam setiap artikelnya. As I’ve told you before di beberapa postingan gue yang lalu, I wanna try to be a writer this year dan Gogirl! edisi kali ini membantu gue banget, bro!

Dengan berbagai macam artikel yang ada di majalah ini, gue yakin kita semua akan menjadi lebih tau dunia tulis-menulis.

Menulis non-fiksi untuk orang lain ternyata nggak semudah menulis untuk diri sendiri, itu salah satu pelajaran yang gue dapet setelah baca halaman mengenai Creative Writing. Nah, tapi untuk menyiasatinya, kita bisa belajar menulis kreatif dengan menggunakan “non-fiction formula” dari Gogirl! Ada 8 trik yang bisa dipelajari supaya kita bisa menghasilkan tulisan yang ‘WAW’.

Setelah terus-menerus latihan dan akhirnya ahli di bidang tulis-menulis, kita bisa coba-coba nih jadi kontributor untuk media. Gogirl! juga ngasih kita pertimbangan tentang plus minusnya menjadi seorang kontributor sambil sekolah atau kuliah.

Di edisi ini, banyak penulis-penulis kece yang udah duluan terkenal (we’re the next!) yang juga menyumbangkan saran buat kita-kita yang pengen jadi penulis. Ada tips dari Lily Wibisono (Editor In Chief Majalah Intisari), Anita Moran (Editor In Chief Gogirl! Magazine), plus Sitta Karina (Tau doong dia siapa???).  Salah satu saran oke dari mba Anita Moran adalah bahwa kita harus mempelajari sampe ngerti dulu tentang topik yang mau dibahas dalam tulisan kita sehingga kita bisa menjawab pertanyaan pembaca melalui tulisan kita.

Terkadang, dalam menulis pun kita akan bingung mengenai topik apa yang cocok untuk kita bahas. Nah, Gogirl! juga punya jawaban buat kebingungan kita itu. Ikutin aja kuis ‘Your Writing fields’! Di akhir kuis ini, kita bisa menemukan topik apa yang kira-kira pas buat kita bahas dalam tulisan kita. Kalau gue sih cocoknya lebih ke tulisan feature. Kalau lo? 

Seperti yang kita tahu, banyak banget bentuk tulisan yang bisa kita hasilkan. Mulai dari cerita pendek, novel, biografi, kumpulan puisi, kumpulan tips, sampai kumpulan gombalan oke! Tentunya, tulisan oke yang kita hasilkan nggak akan kita kurung di dalam laptop/PC kita aja dong? Yap! We have to publish our creation. Caranya? Gampang! Gogirl! kasih kita tiga cara berikut kekurangan dan kelebihan dari masing-masing cara. Kita bisa menerbitkan karya kita melalui cara Indie Publishing, ‘E’Way, atau Print on Demand. Tulisan kita akhirnya nggak akan sia-sia deh!

Selain diterbitkan, pengen juga dong karya yang dihasilkan bisa jadi Best-selling book? Gue tau nih tips-tipsnya dari Mbak Windy Ariestanty (Pemimpin Redaksi GagasMedia), Mbak Siska Yuanita (Editor Fiksi Gramedia Pustaka Utama), dan Mbak Dila Maretihaq Sari (Editor Bentang Belia). Kalau kita bisa ngejalanin tips-tips dari mereka, mudah-mudahan, buku hasil karya kita bisa laris manis di pasaran. Amiiiin. Hehe.

Gogirl! juga nggak lupa buat ngasih bocoran ke kita tentang jenis buku apa sih yang akan laris di tahun 2013 ini, selain itu, ada juga tips yang paling kita butuhkan setelah tulisan kita jadi, yakni TIPS untuk mengirimkan karya kita ke penerbit yang udah terkenal.


Bulan ini, Gogirl! bener-bener membuat gue percaya kalau miracle itu pasti ada. Gue tinggal ikutin saran-sarannya, tips-tipsnya, dan yaaaaaaa sekarang gue siap buat mulai menulis! Yeay!

Webisode by Raditya Dika: Malam Minggu Miko

Galau? Bawaannya sedih terus? Gelisah? Maunya marah-marah terus? Pengen ketawa?

Hmm, kalo lo mulai ngerasain gejala-gejala psikologis di atas, kayaknya lo harus buka Youtube, dan cari video 'Malam Minggu Miko'. Dijamin ketawa mules sampe rasanya pengen ngelempar apapun ke monitor pas liat muka Raditya Dika! Haha.

Malam Minggu Miko ini merupakan proyek iseng-iseng Raditya Dika berupa webisode. Ya, semacam film pendek berdurasi 10 - 15 menit yang diupload secara rutin sama si empunya (radityadika) ke Youtube. Awalnya sih, di Youtube doang, tapi sekarang, Malam Minggu Miko ditayangkan juga di Kompas TV! 

Gileee, kapan ya gue ngikutin jejak kesuksesan bang Radith? Haha. *abaikan*

Malam Minggu Miko udah muncul sekitar bulan November/Desember tahun 2012. Pertama sih gue tau proyek ini dari blognya Raditya Dika, terus lama-kelamaan gue infoin ke beberapa temen gue, dan mereka ternyata suka juga. Akhirnya, baru sekarang deh gue kepikiran buat merekomendasikan karya bang Radith ini buat kalian lewat blog gue. Hehe.

Malam Minggu Miko ini cuma punya tiga pemain utama, yakni Raditya Dika as Miko, Ryan Adriandhy as Rian, dan @ancablanca as Anca (pembantu Miko dan Rian). Tapi, selain tiga orang itu, di tiap episode juga hadir cewe-cewe cantik yang namanya juga jadi judul buat tiap episode. Ada juga Zubaidah dan Maimunah yang jadi pacarnya mas Anca. Terakhir, ada kucing peliharaan Miko sama Rian yang namanya Morganissa.



MMM ini bercerita tentang kejadian-kejadian aneh (lucu) yang dialami Miko, Rian, dan Mas Anca. Rata-rata sih bercerita tentang kisah Miko yang selalu gagal ngegebet cewe, tapi ada juga kisahnya Mas Anca, kisah usaha Miko dan Rian buka usaha jualan keripik, dan kisah-kisah kocak lainnya.

Gue terhitung setia ngikutin setiap seri Malam Minggu Miko. Kenapa? Abis gue nggak tahan buat nggak ketawa, tiap liat muka polosnya Miko, muka belagunya Rian (tapi ganteng sih), dan muka nggak berdosanya mas Anca. Kata-kata di setiap dialognya juga lucu-lucu banget. Terkesan nggak dibuat-buat, tapi sumpah bikin ngakak! Lumayan banget buat ngilangin kebosenan gue, kejenuhan gue, dan yaaa, kegalauan gue. Hehe.

Karakter

Miko: polos, setiap gebetannya nggak pernah ada yang berhasil dijadiin pacar, kerjaannya minta tips melulu sama Rian, kalo ngomong mukanya polos dan datar, dan ekspresinya cuma ekspresi kebloonan. (maaf ya, bang Radith)!

Rian: percaya diri penuh, ganteng, banyak ngomong, ya tapi jomblo juga.

Mas Anca: mukanya nggak berdosa, kurang lebih mirip sih sama Miko (tapi yang satu majikan, yang satu pembantu), merupakan pembantu yang setia, dan di beberapa episode mas Anca ini jadi pahlawan tanpa disengaja. 

Sejauh ini, episode Malam Minggu Miko udah ada 16:
Nissa
Miranda
Malam Penembakan Sasha
Airsoft Lisa
Joki untuk Luna
Pembacaan Puisi Silvia
Kado untuk Melina
Mobil, Olive, dan Tara
Motor bareng Zubaidah
Casting bareng Sherly
Hipnotis Vania
Kencan Buta Agnes
Jualan Keripik Orry
Keluarga Pedas Kumala
Cinta Kucing Melly
Misteri Cincin Tiara

Nah, untuk nontonnya, bisa langsung akses youtube.com/radityadika .:)
Selamat menghilangkan kegalauan!

Sunday, January 27, 2013

Original Soundtrack Les Misérables (2012).

Buat yang suka lagu-lagu di dalam film Les Misérables, ini gue share link free downloadnya ya.
Gue dapet ini dari seorang temen juga.
Happy listening :)

Download OST Les Misérables


Saturday, January 26, 2013

26 Januari 2013.

Lama-lama gue nulis blog udah kayak nulis diary. Semuanya gue ceritain. Tapi nggak papalah ya, biar nanti gue ada tulisan perjalanan sehari-hari buat dibaca anak cucu. Cieilah.

Oke, tadinya rencana hari ini itu gue nggak mau kemana-mana. Tapi, bokap ngajakkin ke Cilandak Town Square. Mau ketemu temen katanya. Okelah, gue sama nyokap ikutan aja. Lumayan kan daripada di rumah.
Sampai di Citos, gue sama nyokap yang belum makan siang mulai celingak-celinguk mencari tempat makan asik. Pilihan kali ini jatuh kepada Bistro Délifrance.
Makanan khas Prancis sih ya jadinya tertarik pengen coba, belum pernah juga makan di sini.
Setelah bolak balik menu, gw mesen Fusilli with Ratatouille Sauce (Rp 52.800,-) dan nyokap mesen Salmon Sesame Salad (Rp 55.800,-). Minumannya gue pesen Fresh Strawberry Juice (Rp 30.000,-) dan nyokap mesen mineral water (Rp 15.000,-). Sehat sekali ya nyokap gue. Haha.

*harganya agak menguras isi kantong ya sebenarnya ya, cukup sekali-sekali deh ya ke sini ya.*


Fusillinya not bad menurut gue. Standar sih. Enak aja. Bukan enak banget. Mungkin kurang begitu asik kali ya rasanya pas menyentuh lidah gue.

Salmon Sesame Saladnya baru enak banget. Salmon itu selalu enyaaaaak sih. Haha. Tapi sayurnya banyak banget (ya iyalah, namanya juga salad, cha!).

Pengennya sih lama-lama aja di Délifrance buat nungguin bokap, abis males kalo jalan-jalan di Citos, isinya rata-rata makanan semua, sih! Cumaaa, karena Délifrance udah nggak kondusif lagi, jadinya gue sama nyokap langsung pergi lagi abis bayar.

Lalu, kita mampir bentar di Bakerzin buat beli Macaroon Red Velvet sama Macaroon Oreo. Gue jatuh cinta banget soalnya sama Macaroon di Bakerzin, terutama 2 rasa ini.

yummy!
Selesai beli Macaroon di Bakerzin, gue sama nyokap muter-muterin Citos. Gue, nggak terlalu bersemangat. Bosen soalnya. Karena akhirnya udah kehabisan tempat buat diliat-liat, gue ngajak nyokap duduk di Burger King aja. Pesen 1 burger, 1 french fries, and 1 soft drink, plus chicken 2 pieces, kita akhirnya anteng menunggu bokap. Hahaha.

Perut rasanya udah nggak muat lagi. Cuma mau gimana. Makanan udah dipesen, ya harus dihabiskeeun. Burgernya sih akhirnya dibawa pulang. Haha.

Pulang dari Citos, bokap mampir sebentar ke Taman Anggrek Ragunan. Hobi banget bokap gue sama anggrek. Lagi menggebu-gebu dia ngurusin anggrek. Biarin aja lah ya. Pas di TAR, gue males ikut. Jadinya, gue baca novel aja deh di mobil. 

Pas mau pulang ke Tangerang, temen SMA gue yang namanya Nini, nelfon. Dia cuma mau nanya, SABTU MALAM ini kita jadi pergi bareng nonton Barry Likumahuwa Project nggak di Supermal Karawaci (Lippo). Lagi ada Java Jazz on the Move soalnya di sana. Setelah gue nge-iyain ke dia, gue ajaklah bokap nyokap buat ke Lippo. Untungnya mereka mau. Yaudah deh, karena posisi gue waktu itu udah deket rumah, mampir sebentar ke rumah nurunin bibit-bibit pohon anggrek yang tadi baru dibeli sama bokap, terus langsung pergi lagi ke Lippo deh.

BLP on stage!
Sampe Lippo, gue sama Nini ketemuan dan nonton BLP, sedang bokap sama nyokap gue malem mingguan deh berdua. Haha. Gue sama Nini cuma ketemuan sebentar, tapi biarpun begitu, kita sempet ngegosipin beberapa hal juga. Tadinya, abis nonton BLP, kita mau nyushi bareng di SUSHI TEI Lippo Karawaci, tapi karena udah mau tutup juga Lippo-nya, terus bokap gue juga udah wanti-wanti nggak mau pulang malem-malem, yaudah deh sushi-nya gue Take Away aja. Pesen Chuka Idaho sama Fuji Roll. Sushi tuh nagih parah, gileee!!! Abis duit di kantong gue buat nyushi mulu. Cuma gapapalah ya, selagi belum bisa manjain pacar, manjain perut sendiri dulu. Hihi.

SEKIAN perjalanan hari ini. Nantikan perjalanan-perjalanan cetar berikutnya! SALAM! 

Friday, January 25, 2013

Writing Project.

Iseng-iseng buka link dari sebuah posting-an teman di FB. Ternyata ada ajakkan kepada para mahasiswa/ kepada siapapun untuk ikut serta dalam sebuah proyek menulis.

Intinya, proyek ini mengajak siapapun untuk berkontribusi menulis kisah inspiratif yang pernah dialami. Harus kisah nyata. Nantinya, kisah-kisah ini akan diterbitkan menjadi sebuah buku. Keuntungannya akan diamalkan.

Seru!

Setelah baca posting-an itu, terpikir olehku untuk ikut serta mengirimkan kisah-kisah hidupku. Semoga saja tulisan itu bisa aku ciptakan sebelum tanggal deadline dan bisa menjadi inspirasi untuk orang lain di luar sana. :)
 
LINK-nya:
http://ketikamerekabercerita.blogspot.com/ 

Vakansi di Jogjakarta. (Part III)

Hari 6, Sabtu 19 Januari 2013
GUDEG YU DJUM - Malioboro - Bakpia Pathok 25

Tiba sudah rangkaian perjalanan ini semakin dekat dengan akhir. Sabtu ini merupakan hari paling santai sepanjang perjalanan kami. Sabtu pagi, Edith dan Yoseph berkunjung ke rumah Budhe mereka, sehingga hanya tinggal Aan, Dimas, aku, dan Maltal di rumah. Mbak Nun dan Otheb harus ke Solo, sedang Stella memiliki rencana sendiri dengan teman-temannya di Jogjakarta.
Akhirnya, aku, Dimas, dan Aan memutuskan untuk menukarkan tiket pulang ke Stasiun Lempuyangan sambil mengantarkan Stella bertemu dengan seorang teman yang menjemputnya. Setelahnya, kami bertiga mencari makanan pagi sebelum nanti makan siang bersama dengan Edith dan Yoseph. Kami hanya membeli roti dan makanan ringan di minimarket lalu pulang ke rumah sambil menunggu Edith dan Yoseph pulang. Benar-benar seperti tinggal bersama. Saling menunggu satu sama lain. Sempat terbersit di pikiranku, betapa serunya jika di Depokpun kami tinggal bersama seperti itu. 

Pukul makan siang tiba bertepatan dengan sampainya Edith dan Yoseph di rumah. Kami berenam lalu memutuskan untuk mencari Gudeg sebagai makan siang dan jatuhlah pilihan kami di rumah makan Gudeg Yu Djum. Nasi Gudeg lengkap dengan telur dan ayam bagian paha bawah hanya menghabiskan 20 ribu rupiah. Kami kenyang dan kembali bersemangat!

Gudeg YU DJUM!
Pernah dengar mitos Beringin Kembar yang ada di alun-alun Selatan Jogjakarta?


Ya, setelah makan, kami berenam memutuskan pergi ke alun-alun Selatan untuk menjajal mitos tersebut. Konon katanya, jika kita dapat melewati jalan di antara dua beringin kembar itu, permohonan kita akan terkabul. Lalu, aku dan teman-teman tertarik untuk mencoba. Dimas yang mencoba pertama kali tidak berhasil, Aan, aku, dan Edith yang menyusulnya juga tidak berhasil. Maltal, yang terakhir kali mencoba langsung berhasil untuk pertama kalinya. Sungguh, Maltal beruntung. Aku dan yang lain masih penasaran. Yoseph yang ikut menyebrangi beringin itu juga belum berhasil. Ajaibnya, Aan dan Dimas berhasil pada kesempatan ketiga. Aku berhasil pada kesempatan keempat. Haha. Rasa penasaranku terjawab sudah. Mungkin lain kali, aku ingin mencobanya lagi?

Masing-masing menunggu gilirannya untuk jalan melewati beringin kembar.

Finally, aku bisa melewati beringin kembar :)

me and Maltal :)


Dari beringin kembar, kami menuju Jalan Malioboro. Surganya oleh-oleh. Teman-temanku yang lain, kelihatannya tidak terlalu tertarik untuk belanja oleh-oleh, tapi aku, aku justru menanti kesempatan ini. Ada yang menitipkan oleh-oleh aksesoris padaku. Aku sendiri memang suka mengoleksi benda-benda dari kota lain, minimal kaos oblong. Meskipun nantinya hanya aku pakai untuk tidur, tapi yang penting aku membawa sesuatu dari Jogja. Aku beli kaos oblong untuk aku, ibuku, ayahku, opa dan oma. Harganya dari 150 ribu/5 potong hanya bisa aku tawar sampai mentok di angka 130 ribu/5 potong. Gantungan kunci, tas Jogja, dan aksesoris lainnya pun aku beli dengan upaya tawar-menawar yang susah payah. Itulah seninya belanja di kaki lima. Harus jago tawar menawar.

Aku, Maltal, Edith, dan Dimas yang merupakan BPH KMK UI 2013 memutuskan untuk membeli gelang bermotif sama. Kalau dipikir-pikir, tindakan membeli gelang serupa ini unyu juga ya. Tapi, menarik. Mudah-mudahan saja kami akan selalu kompak menjalankan KMK UI setahun ke depan bersama pengurus lainnya. Amin.

Usai dari Malioboro, kami berenam meluncur ke Jalan K.S Tubun untuk berburu bakpia di Bakpia Pathok 25. Katanya, bakpia ini paling enak! Aku beli 4. Kacang Ijo 1 kotak, Keju 2 kotak, dan Aneka Rasa 1 kotak. Totalnya 88 ribu rupiah. Itu harga diskon. Harga sebenarnya 100 ribu rupiah. Hanya saja, karena kami membawa kendaraan, jadi masing-masing kotak dapat potongan harga 3 ribu rupiah. Bakpia ini memang paling enak. 

Stella yang sudah selesai bertemu teman-temannya, datang menemui kami di tempat bakpia ini, dan kami bertujuh pulang ke rumah.

Rencananya, malam itu kami akan makan bakmi Jawa. Tapi, hujan deras turun, dan ujung-ujungnya kami hanya memesan McDonalds. Haha. Jauh-jauh ke Jogjakarta, ujung-ujungnya McD. Namun apa daya, namanya hujan deras mengguyur Jogja.
Tak terasa, itu hari terakhir kami di Jogjakarta, esoknya kami harus pulang ke Jakarta, dan ya, selamat datang kembali realita.

Hari 7, Minggu 20 Januari 2013
PULANG

Sudah 6 hari kami habiskan di Jogjakarta. 5 hari mungkin yang paling tepat, karena 1 harinya kami habiskan di perjalanan. Sekarang saatnya kami pulang ke Jakarta. Ke rumah masing-masing, bukan lagi ke rumah Edith di Jogja. Saatnya kami hadapi realita dan setumpuk pekerjaan yang menanti di Jakarta.
Ya, Jakarta, kami pulang! Dengan menggunakan kereta Ekonomi AC pagi pukul 07.30, kami berangkat pulang. Meskipun tadinya ketar-ketir ketinggalan kereta, karena kami baru meluncur dari rumah pukul 07.15, toh pada akhirnya kereta itu masih berjodoh juga dengan kami.

Tiket pulang.
16.00, hawa Jakarta kembali menyapa kami. Jakarta yang sedang dilanda bencana banjir. Jakarta yang penuh kesibukan. Jakarta dan bukan Jogjakarta. Keduanya berbeda, tapi masing-masing punya cerita.
Terima kasih Jogjakarta untuk 7 hari yang istimewa. Terima kasih untuk berbagai sudut kotamu yang sanggup membuatku tersenyum bahagia. Terima kasih untuk ketenangan kotamu yang membawa rasa tentram untukku. Terima kasih Terima kasih JOGJAKARTA.

Kisahku ini mungkin bukanlah kisah yang sempurna bagi kalian. Tapi kisah ini sangat sempurna untuk selalu kusimpan dalam ruang kecil di dalam otak serta hatiku.
Terima kasih untuk teman-teman sekalian.
Untuk Edith, Maltal, Dimas, Aan, Stella, Otheb, Mbak Nun, Cungkring, dan Yoseph yang membuat sepotong kisah ini menjadi lebih indah dan berwarna. 

Sampai jumpa lagi, Jogjakarta!

Vakansi di Jogjakarta. (Part II)

Hari 3, Rabu 16 Januari 2013.
Bakso ITO, Candi Borobudur, restoran jeJamuran, ANGKRINGAN JOGJA.

Ya, saatnya kumulai lagi kisahku di hari ketiga kami di Jogja. Hari ini, kami berencana mengunjungi Candi Borobudur. Awalnya, teman-temanku tidak tertarik lagi mengunjungi candi ini. Bosan katanya. Sudah terlalu sering. Aku, justru kebalikannya, aku ingin sekali berkunjung ke Candi Borobudur, karena aku hanya pernah sekali mengunjungi Candi ini, dulu lama sekali ketika aku masih SMP. Tapi, saat itu aku berpikir, masa aku harus memaksakan kehendakku melihat Borobudur, sedangkan yang lain tidak berencana ke sana. Namun, akhirnya, entah dengan diskusi yang bagaimana, kami putuskan untuk mengunjungi juga Candi Borobudur. Lega. Bisa lagi kuinjakkan kakiku di bangunan yang dulu katanya adalah salah satu keajaiban dunia ini.

Kami berangkat pukul 9 atau 10 pagi, aku tak ingat pasti. Yang jelas, kami makan pagi di tempat makan 'Bakso ITO'. Tadinya, aku pikir ini adalah bakso daging sapi, ternyata bukan. Ini adalah bakso babi. Haha. Ini memang kesukaanku. Kalau bakso sapi, mungkin aku akan bingung memutuskan menu mana yang aku pilih, karena, yaa aku sedang pantang sapi semenjak terkena penyakit hepatitis beberapa bulan lalu. Semangkok bakso di bakso ITO kurang lebih berharga Rp 18.000,- meskipun ada juga yang lebih dari 20ribu, tapi hanya beberapa menu saja. Selesai makan, kami langsung menuju Candi Borobudur. Tapi, Mbak Nun tidak ikut. Ia harus pulang ke Solo. Total kami kembali tujuh orang.

Lagi-lagi, harus kukatakan ingatanku payah. Aku lupa, dari jam berapa sampai jam berapa kami menikmati keindahan Borobudur. Yang aku ingat, di sana, kami puas berfoto-foto hingga akhirnya perut kami yang lapar memaksa kami untuk meninggalkan Candi berlatar agama Buddha itu.

Indahnya borobudur.



Tempat makan yang hari itu menarik hati kami adalah rumah makan jeJamuran. Semua menu makanannya merupakan hasil olahan Jamur. Di tempat ini, kita bisa menemukan rendang jamur, tongseng jamur, jamur goreng penyet, sate jamur, jamur cah asam manis, dan masih banyak menu-menu jamur lainnya. Kami, yang memang terdiri dari orang-orang doyan makan, memesan bermacam-macam menu olahan jamur itu. Harganya? Lagi-lagi tidak terlalu mahal. Kenyang sekali perut kami siang (atau sore?) itu. Puji Tuhan.


Atas: jamur asam manis, jamur goreng tepung shitake, tongseng jamur, dan sate jamur. Bawah: rendang jamur dan jamur goreng penyet.
 
Makanan yang kami pesan:
1. Nasi Putih (tentunya) @ Rp 3.182,-
2. Sate Jamur Kancing @ Rp 12.273,-
3. Tongseng Jamur @ Rp 8.182,-
4. Rendang Jamur @ Rp 8.182,-
5. Jamur Goreng Tepung Shitake @ Rp 15.455,-
6. Asam Manis Shitake @ Rp 15.455,-
7. Jamur Goreng Penyet @ Rp 12.727,-

Minumannya:
1. Tea @ Rp 6.364,-
2. Honey Lime Tea @ Rp 8.182,-
3. Wedang Jejamuran (bagus untuk kesehatan, berfungsi sebagai obat) @ Rp 10.000,-
4. Aloe Vera Squash @ Rp 16.364,-
5. Tape Ketan @ Rp 4.091,-
6. Soda Gembira @ Rp 10.000,-

menu lainnya.
*harga belum termasuk PPn.

Pulang dari jeJamuran, kami mampir dulu ke rumah untuk beristirahat sebentar, dan malamnya, kami putuskan untuk menengok angkringan-angkringan pinggir jalan di Jogjakarta. Kisahku mungkin tak bisa sepenuhnya sempurna, karena, yaaaah, aku (lagi-lagi) lupa nama jalan tempat berdirinya tenda angkringan yang kami kunjungi. Yang aku tahu, angkringan itu dekat sekali dengan stasiun Lempuyangan kalau tidak salah, dan sepanjang jalanan ini, yang aku lihat hanyalah angkringan dan angkringan. Tinggal pilih salah satu yang mana yang paling menarik hati, dan duduklah di selembar tikar, nikmatilah suasana Jogja!

Perutku yang memang berkapasitas banyak, memilih beberapa tusuk sate untuk dikonsumsi. Sate kulit, sate ati ampla, sate usus, menjadi benda-benda yang mengisi perutku malam itu. Sebungkus sego kucing isi teri menjadi teman dari si sate dan segelas susu coklat hangat menjadi pelengkap makan malamku. Sungguh, luar biasa sekali rasanya. Makanan murah dan enak, dinikmati sambil merasakan hawa malam Jogjakarta.

Malam itu aku pribadi pulang dengan rasa senang dan SYUKUR. Suasana itu tak mungkin dapat aku nikmati di Jakarta. 

Hari 4, Kamis 17 Januari 2012
SOLO
ES MASUK - Kupat Tahu - Serabi - Angkringan SOLO

Dilihat dari judulnya, mungkin kalian bisa menebak bahwa wisata di hari keempat itu kami habiskan dengan berwisata kuliner. Haha. Pagi-pagi kami langsung bergerak menuju Solo, menyambangi kediaman Mbak Nun. Sampai di rumah Mbak Nun, kami disuguhkan bakwan goreng serta sukun goreng. Buatan Mbak Nun serta Ibunya. Enak dan lumayan untuk mengisi perut kami yang tidak sempat sarapan. Di rumah Mbak Nun, kami mendiskusikan tempat makan, dan akhirnya diputuskan untuk makan di 'Es Masuk'. Itu tempat makan berisi makanan-makanan khas Jawa Tengah. Ada makanan yang namanya 'SELAT', semacam steak khas Jawa Tengah. Lalu, aku sendiri memesan Nasi Teamlo khas Solo. Harganya, lagi-lagi tidak tergolong mahal. 

Nasi Teamlo. Isinya ada wortel, jeroan sapi, telur, jamur, dan sedikit daging ayam.
Kenyang makan siang dan tak punya tujuan lain untuk berwisata, akhirnya kami berkunjung ke rumah Otheb di Solo. Bertemu dengan Budhe-nya Otheb, lalu sejenak beristirahat dan kembali mendiskusikan rencana perjalanan. Keputusan yang kami dapatkan adalah bahwa kami akan membeli Kupat Tahu serta Serabi Solo, setelahnya, kami akan berleha-leha di rumah Mbak Nun, sembari menunggu makan malam. Benar-benar perjalanan kuliner hari itu. Setelah sempat tidur siang sampai sore di rumah Mbak Nun dan menikmati hangatnya Serabi Solo dan Kupat Tahu, kami memutuskan untuk makan di angkringan di Solo. Namanya mungkin sama-sama angkringan. Tapi suasana dan menu makanannya sedikit bervariasi di angkringan Solo. Intinya, ketemu sate-satean itu lagi dengan jenis yang lebih beragam, EXACTLY tetap menyenangkan dan mengenyangkan. Mbak Nun yang tadinya tidak berencana ke Jogjakarta bersama kami, akhirnya memutuskan untuk ikut ke Jogja, karena besoknya, hari Jumat, kami akan melakukan perjalanan ke Gua Maria Tritis dan Pantai Indrayanti. Can't wait!

Hari 5, Jumat 18 Januari 2013
SOTO Boyolali - Gua Maria Tritis - Pantai Indrayanti - Makan Ikan Bakar - Nasi Babi

Tiba sudah aku kisahkan perjalananku pada hari kelima. Pagi-pagi kami berdelapan memutuskan untuk sarapan yang super kenyang di Soto Boyolali. Jadi, sotonya ini langsung dicampur dengan nasi, sehingga nasinya digenangi kuah. Itu sama sekali bukan kesukaannya Maltal, jadi pagi itu, Maltal, memutuskan untuk makan nasi pakai mi goreng. Hehe.

Perut sudah kenyang, kami siap untuk melanjutkan perjalanan ke Gua Mari Tritis dan Pantai Indrayanti di daerah Gunung Kidul. Jalanannya berkelok-kelok, namun untung perut kami semua sudah terisi, sehingga kami tidak merasa pusing. Edith, Mbak Nun, dan Stella memutuskan untuk tidur sepanjang perjalanan. Aan dan Maltal melakukan hal yang sama meskipun mereka tidak senyenyak yang lain. Dimas dan aku menemani Otheb menyetir mobil. Aku memang tidak suka tidur sepanjang perjalanan, kecuali rasa kantuk benar-benar sudah menyerang.

Sekitar pukul 1 siang, kami sampai di Gua Maria Tritis. Gua Marianya benar-benar 'Gua'. Terbentuk dari bebatuan alami di pegunungan. Ada seorang ibu, bernama ibu Sisca yang menceritakan beberapa petikan sejarah tentang Gua Maria Tritis. Aku menggunakan kesempatan berkunjung ke Gua Maria ini untuk memanjatkan doa. Semoga di tempat itu, doa yang aku panjatkan dapat terkabul suatu saat nanti.

Patung Maria di Gua Maria Tritis. Heran. Kenapa warna patungnya hitam?
Salib yang terdapat di Gua Maria Tritis

Kegiatan foto-foto yang sudah menjadi kebiasaan, tak dapat kami tolak lagi. Banyak foto yang dihasilkan di Gua Maria Tritis. Dan, hasil sekian kali 'jeprat-jepret' itu sudah cukup bagi kami sebelum kami melanjutkan perjalanan kami ke Pantai! Ya, Pantai Indrayanti yang atas rekomendasi beberapa orang merupakan pantai paling bagus akan segera kami kunjungi.


Jarak dari Gua Maria Tritis ke Pantai Indrayanti cukup jauh. Kami harus melewati beberapa pantai dulu, baru akhirnya tiba di Pantai Indrayanti. Kelelahan kami terbayar setelah melihat putihnya pasir dan birunya air laut. Untunglah cuaca saat itu cerah, sehingga kami tidak perlu repot-repot menghindar dari hujan atau semacamnya. Angin yang bertiup menyapu kulit tanganku dan, ah tak kuasa di tolak, rasa tenteram menjalar di sekujur tubuhku.

Captured by Aan

Captured by Aan

Kami menghabiskan waktu cukup lama di Pantai. Berfoto-foto lagi dengan berbagai macam gaya dan kreasi yang diarahkan oleh pengarah gaya dadakan, Edith. Menunggu perut lapar untuk menikmati hidangan seafood pinggir pantai.


Pukul 4 sore, kami memesan menu hidangan laut, aku dan beberapa teman lain, memesan Paket Nasi Ikan Bakar, Otheb memesan Paket Nasi Udang Goreng, dan Edith yang katanya tidak suka ikan, memesan Paket Nasi Ayam Goreng. Harga masing-masing paket tersebut Rp 15.000,-. Tergolong murah memang. Rasanya juga tidak begitu buruk, hanya saja, ikan yang dibakar itu banyak sekali tulangnya. Aku juga tidak tahu itu ikan apa, tapi ya tetap aku makan saja, toh yang penting enak dan mengenyangkan. Maklum, perut sudah begitu lapar saat itu.

Selesai makan, perlahan-lahan langit mulai menjingga. Sunset sebentar lagi akan muncul. Momen-momen indah yang biasa dinikmati di pantai. Kami duduk di pinggir pantai untuk menunggu datangnya sunset. Ketika matahari perlahan turun, kami mulai berfoto-foto dengan berbagai macam gaya. Menarik sekali!

Matahari pun menghilang hingga tak terlihat lagi, senja mulai muncul. Maltal, Otheb, dan Aan yang butuh berbilas pun segera pergi ke kamar mandi untuk berbilas, sedangkan yang lain menunggu dengan sabarnya. Hari itu, ketika pulang, penat kami hilang berganti senang.

Pantai Indrayanti, you're such a really beautiful beach!

Karena hari itu hari Jumat, dan esoknya hari Sabtu, maka Yoseph, adik Edith bisa ikut kami jalan-jalan malam harinya. Yoseph mengajak kita semua untuk ke Kalimilk, salah satu tempat dengan produk utama susu, yang ada di Jalan Kaliurang (mungkin mirip Cimory?). Sayangnya, ketika tiba di Kalimilk, semua tempat terisi penuh, dan kami harus masuk Waiting List yang ke-6. Malas menunggu karena hari sudah terlalu malam, akhirnya kami memutuskan untuk makan di tempat serba B. B1 dan B2. Hehe.

Kami makan nasi Babi! Babi Kecap hanya berharga Rp 10.000,- sepiring, begitu pula dengan menu Babi Rica. Nasi putih sepuasnya hanya dihargai Rp 2.000,- satu orang. Tidak begitu mahal dibandingkan dengan restoran-restoran di Jakarta yang menyajikan menu Babi.

Perut kenyang, hatipun senang, begitu ucap salah seorang temanku dulu. Itu yang terjadi pada kami malam itu. Hati begitu senang menikmati pantai, makan seafood, makan nasi Babi pula! Haha.

Sungguh malam hari yang menyenangkan.
Tak dikira, waktu kami di Jogjakarta semakin sedikit. Hanya tinggal hari Sabtu besok. Tak apalah :)