Saturday, August 11, 2012

The (Un)Reality Show by Clara Ng


Imagine having these people as roomates...

Ini adalah cerita tentang delapan orang biasa-biasa saja (seperti yang disangka oleh tim kreatif televisi)

...dipilih secara acak...
(seperti yang disangka oleh produser televisi juga)

...tanpa audisi...

... untuk tinggal bersama di sebuah rumah untuk direkam,
kemudian ditonton oleh jutaan penduduk Indonesia
sebagai acara hiburan, meraup rating,
meningkatkan citra stasiun televisi
serta

keingintahuan untuk melihat apa yang terjadi
ketika orang-orang tersebut tidak bertingkah sesuai dengan skrip cerita
dan mulai bersikap berdasarkan realitas.

...as the reality did not out exactly as it had been expected.

Karena pada akhirnya ini adalah...

THE (UN) REALITY SHOW

Bacaan sepintas di bagian belakang novel THE (UN)REALITY SHOW karya Clara Ng inilah yang membuat gue tertarik untuk membeli buku yang bersampul biru dan bergambar seluloid film ini. Sebenarnya, gue nggak langsung beli buku ini ketika kali pertama gue ngeliat buku ini tertata rapi di Gramedia. Gue hampir empat kali bolak-balik ke Gramedia, pulang membawa buku yang berbeda, tapi tetap belum berminat untuk membeli buku Clara Ng yang berjudul The (Un)Reality Show ini. Naaaaahhh, untuk yang kesekian kalinya, AKHIRNYA, sodara-sodara, saya beli juga buku ini bersama dengan kedua buku lainnya (Ibuk by Iwan Setyawan dan Petualangan Tom Sawyer by Mark Twain). Pada saat itu ada promo, beli tiga novel Non-TEENLIT, akan mendapatkan sebuah novel gratis. Akhirnya, karena gue beli 3 novel, gue dapet novel gratis yang ditulis oleh Meg Cabot, berjudul Queen of Babble, hemm, lumayan seru novelnya, biarpun gratis. Hihi. 

sumber: http://www.gramediapustakautama.com/
 Oke, sekian yaaaa prolognya. Yang mau gue sampein via tulisan ini sebenarnya adalah, komentar gue akan novel The (Un)Reality Show ini. Ini adalah novel pertama Clara Ng yang gue baca. Gue pikir terbitnya baru, ternyata udah dari Februari 2005 juga udah terbit, tapi gue baru bacanya sekarang-sekarang, bahkan baru selesai baca hari Rabu kemaren, hehe. 

Sebelumnya, gue akan menceritakan sedikit hal yaaa mengenai novel ini. Novel ini bercerita tentang sebuah stasiun TV bernama TPTV yang sedang mencari ide untuk membuat program TV yang tidak biasa supaya dapat memperoleh rating yang tinggi dan dapat membuat gebrakan baru di dunia pertelevisian. Program yang akhirnya tercetus adalah program The (Un)Reality Show, dimana peserta pada program ini berjumlah 8 orang (4 perempuan dan 4 laki-laki) yang dipilih secara acak dan harus tinggal di sebuah rumah yang telah disediakan selama 7 minggu. Tiap minggu, mereka akan diberikan sebuah tantangan yang berbeda-beda dan mereka harus melewati tantangan itu semua. Selama waktu tersebut, mereka bertingkah laku dan berkegiatan sesuai dengan keseharian mereka tanpa dibekali script. Mudahnya, mereka harus berinteraksi satu sama lain tanpa script alias apa adanya di sebuah rumah yang ditinggali bersama-sama, dan semua interaksi serta kegiatan mereka itu ditonton oleh seluruh penonton di Indonesia. Bayangkan, 8 karakter dalam satu rumah hidup berdampingan, dan menghasilkan kejadian-kejadian yang lucu, aneh, bahkan bisa bikin kita ketawa ngakak guling-guling.

Oke, dari awal cerita hingga hampir tiba di ending, gue cukup terkesan dengan alur ceritanya. Gue emang nggak terlalu suka novel yang menguras otak untuk memikirkan alur ceritanya yang berat dan berliku-liku, dan (awalnya gue pikir) novel ini nggak seperti itu. Menurut gue novel ini bercerita dengan gaya bahasa yang ringan dan mudah dimengerti. Tapi jangan salah, gue agak menggunakan sebagian otak gue untuk berpikir keras menyimpulkan ending dari novel ini. Yap, for me, ending dari novel ini sedikit (bahkan sangat) membingungkan!!!

Buat yang udah baca novel ini, mungkin kenal dengan 8 karakter super unik yang memiliki ciri khas masing-masing. Ada Wendy (cewek tomboy berkacamata, memiliki pengetahuan yang luas tentang puisi dan karya sastra, serta hobi tertawa sekencang-kencangnya), Azuza (cilik berumur 10 tahun yang sudah mempunyai filsafat sendiri, bahkan sudah mengenal istilah-istilah seks), Meiying (ibu rumah tangga yang jenuh dengan kehidupan rumah tangga dan kebiasaannya mengurus anak), Tara (wanita yang paling seksi dan jago meramal kehidupan dengan kartu Tarot), Primus (laki-laki yang dianggap paling tampan oleh wanita-wanita di sekelilingnya), Feivel (laki-laki yang ternyata mempunyai pacar laki-laki alias gay), Jodi (laki-laki berperawakan pendek dan sangat risih dengan seorang gay), serta Richard (mantan nara pidana yang pendiam). Selain 8 karakter itu, mungkin nama Hannah, Robert, dan Friska juga tidak asing di telinga kalian yang sudah baca novel ini. 

Naaaahh, hubungan antara Hannah-Robert-Friska dan kedelapan tokoh ini lah yang agak membingungkan. Awalnya, gue berpikir bahwa Hannah-lah (yang memiliki 8 bahkan lebih identitas dalam dirinya) yang menulis cerita mengenai kedelapan tokoh ini hingga pada akhirnya cerita tersebut difilmkan oleh seorang sutradara bernama Sofyan. Namun, begitu melihat sosok Friska ada di dalam scene terakhir film di novel ini, gue berpikiran bahwa Friska ternyata fiktif juga, kan dia ada di bagian film. Kalau Friska adalah tokoh fiktif sutradara, bukankah Hannah dan Robert fiktif pula? Nah loh, bingung sama apa yang saya omongin? Sama, saya juga bingung. Bingung akan ending-nya yang singkat, yang menggantung, yang membuat saya penasaran sepenasaran-penasarannya.

Gue bahkan sampe kirim e-mail dua kali ke mbak Clara Ng, mention dia beberapa kali di twitter hanya untuk menanyakan ending yang sebenarnya. Cuma, mungkin gue emang begitu annoying kali ya buat dia (hehe), makanya e-mail gue belom dibales-bales sampe sekarang.

Lepas bicara tentang ending , novel ini cukup menghibur banget buat dibaca. Cuma siap-siapin hati aja kalo udah mau nyampe ending-nya. Karena, ending dari novel ini bisa menimbulkan berbagai reaksi terhadap pembacanya. Sesuai pendapat para pembaca yang gue temukan hasil googling di situs : http://www.goodreads.com/book/show/1516383.The_Un_Reality_Show , gue nemuin bahwa ada-ada aja pembaca yang salut sama endingnya, suka, bahkan cinta sama endingnya. Ada juga tapi orang-orang .yang bingung, bahkan kecewa dengan endingnya, (just like me)

But, untuk mengetahui kualitas suatu buku, kalian tentu harus membacanya terlebih dahulu, bukan? Jadi, bacalah buku ini untuk mengetahui kualitas buku ini! Apakah bagus? Atau malah justru sebaliknya. Kalian yang membaca, kalian-lah yang menentukan apakah buku ini cukup oke atau nggak buat dibaca. Kalo buat gue, buku ini OKE-OKE aja kok buat dibaca, hihi.

PS: Kalo udah ngerti endingnya, comment yaaa hahaha, jadi gue ikutan ngerti :D

SALAM PEMBACA NOVEL

1 comment:

  1. Iya nih gue jg bingung Friska-Indra-Hannah-Robert siapa sih? Agak creepy.

    ReplyDelete

Thanks for leaving a comment :)