Gue suka banget baca novel ♥. Novel drama, komedi, sampe novel yang berbicara mengenai kisah perjalanan hidup seseorang. Cuma, jangan pernah nyodorin gue novel yang horror, apalagi film horror Indonesia yang kemudian diterbitkan novelnya. Hehehe.
Bulan Januari, gue beli buku yang ditulis oleh Iwan Setyawan yang berjudul "9 Summers 10 Autumns". Novel ini bercerita tentang perjalanan seorang anak supir angkot yang merupakan anak ke-3 dari lima bersaudara yang akhirnya berhasil mendapatkan pekerjaan di New York, dan sukses membahagiakan keluarganya.
Buku ini terinspirasi dari kisah nyata yang dialami si Penulis. Tidak hanya terinspirasi, tetapi buku ini juga menginspirasi kita semua bahwa sebenarnya semua impian dapat terwujud dengan kegigihan, kedisiplinan, dan kerja keras. Kesederhanaan bukan berarti kemiskinan. Kemiskinan seseorang akan harta atau ketidakmampuan kehidupan ekonomi seseorang tidak berarti mereka miskin akan cinta.
sumber : http://frenda.wordpress.com/2011/11/15/9-summer-10-autumn-on-jakarta-to-kediri/ |
Novel ini berhasil membuat gue terharu. Sama seperti novel-novel mengharukan lainnya, gue kebiasaan buat nangis kalo baca cerita sedih. Alhasil, air mata bercucuran setelah selesai baca novel ini. Salut banget sama keluarga Iwan Setyawan, kegigihan kedua orangtuanya, dan kesabaran ke-4 saudaranya.
Dari segi penulisan, gue cuma bingung, kenapa Penulis menggunakan tokoh seorang bocah kecil berseragam merah putih yang menjadi media si Penulis bercerita. Padahal, rasanya mungkin bocah kecil itu fiktif (ya pasti fiktif menurut gue), tapi kenapa harus berseragam? Gue juga nggak tau :D. Tapi kemudian, bocah ini sekilas juga muncul di buku Iwan berikutnya yang berjudul, "Ibuk".
Awalnya, gue nggak berminat membeli buku Iwan yang baru, soalnya gue udah beli buku banyak buat stock baca pas liburan (such a novel freaky!!!) hehe. Tapi pas gue ke Gramedia, dan ada promo beli 3 novel gratis 1 (novel non teenlit), akhirnya gue beli deh novel "Ibuk" ini bersama 2 novel lain, jadinya gue dapet gratisan 1 deeeh :D
Naaaaahhh, baru pagi hari ini, gue berhasil menyelesaikan "Ibuk". Bukunya nggak kalah menginspirasi ternyata, mengharukan (juga).
Kisah yang berawal dari sepasang suami istri yang sepakat mengarungi bahtera rumah tangga. Sepakat berlayar walau badai menghadang (seperti lirik lagu Ada Band) hehe. Lima anak kemudian terlahir dari rahim si istri yang kemudian dipanggil "Ibuk". Ibuk yang tidak lulus SD dan Bapak yang tidak lulus SMP bertekad bahwa kelima anaknya harus menyelesaikan pendidikan sampai ke bangku perguruan tinggi.
Sekilas, jika kita tidak tahu bahwa ini terinspirasi dari kisah nyata, mungkin kita (termasuk saya) berpikiran bahwa keinginan Bapak dan Ibuk ini adalah hal yang sangat sulit. Bagaimana bisa, lima orang anak disekolahkan dengan kondisi mereka yang hanya sebagai pasangan supir angkot dan ibu rumah tangga? Tapi, mereka bisa. Memang, kita harus sadar, tidak ada yang tidak mungkin jika semuanya dibalut dengan kegigihan dan berpondasikan cinta. Mereka bertujuh selalu bergandengan tangan ketika berlayar. Masalah demi masalah datang dan pergi ketika telah dapat diselesaikan. Impian Bapak dan Ibuk untuk menyekolahkan anak-anaknya dan memberikan yang terbaik, berhasil. Benar-benar kisah yang harusnya dapat menyadarkan kita semua untuk bersyukur akan kenikmatan hidup yang sekarang ini sudah sangat mudah didapat. (Cieilaaah).
Keluarga yang benar-benar menginspirasi gue. Dari tadi gue cuma bisa bilang kalimat "buku ini menginspirasi" berulang-ulang, karena nyatanya buku ini memang memberikan inspirasi buat semua yang membacanya. Hidup adalah hampa tanpa cinta. Cinta adalah hampa tanpa kesabaran dan keikhlasan. Ibuk dan Bapak punya cinta yang sabar dan ikhlas.
Novel ini bagus banget menurut gue buat dibaca. Membuat kita bersyukur dengan kehidupan kita masing-masing. Masih ada yang lebih susah dari kita tapi bisa sukses. Banyak orang sekarang (termasuk gue) masih kurang bersyukur, ya kan? Liat orang begini, kita pengen. Liat orang begitu, kita juga pengen. Semua nggak pernah puas. Padahal, masih ada orang yang dengan sangat "pas-pasan" dan "seadanya" ternyata bisa jadi luar biasa!!!
Dalam novel ini, perjalanan hidup Iwan Setyawan dan keluarga digambarkan dan dikumpulkan menjadi suatu album kehidupan. Buku kenangan yang menyimpan memori-memori kehidupan mereka. Jatuh bangun keluarga mereka. Senang sedih perasaan mereka. Iwan meninggalkan kehidupan korporatnya di New York dan mengabdi untuk menulis serta menemani keluarganya di Batu, Malang (tempat hidupnya sejak kecil). Tokoh Ibuk dan Bapak menjadi pahlawan dalam buku ini. Dalam kehidupan Iwan.
Ayah dan Ibu kita juga pahlawan buat kita, bukan? Kita bisa menjadi Iwan-Iwan yang lain, meskipun tidak harus serupa, tidak harus mendapat pekerjaan di New York, tapi kita harus memberikan sesuatu yang membahagiakan buat mereka. Hehehe (bijaaak beneeer) . . :''''')
Salut buat Iwan Setyawan dan keluarganya. Salut untuk Ibuk juga salut untuk Bapak. Cinta kalian buat keluarga kalian patut diacungi jempol.
Yang belum sempet baca, atau nggak doyan baca, coba didoyan-doyanin dengan baca buku ini.
It's a very inspiring book.
No comments:
Post a Comment
Thanks for leaving a comment :)