Friday, January 25, 2013

Vakansi di Jogjakarta. (Part III)

Hari 6, Sabtu 19 Januari 2013
GUDEG YU DJUM - Malioboro - Bakpia Pathok 25

Tiba sudah rangkaian perjalanan ini semakin dekat dengan akhir. Sabtu ini merupakan hari paling santai sepanjang perjalanan kami. Sabtu pagi, Edith dan Yoseph berkunjung ke rumah Budhe mereka, sehingga hanya tinggal Aan, Dimas, aku, dan Maltal di rumah. Mbak Nun dan Otheb harus ke Solo, sedang Stella memiliki rencana sendiri dengan teman-temannya di Jogjakarta.
Akhirnya, aku, Dimas, dan Aan memutuskan untuk menukarkan tiket pulang ke Stasiun Lempuyangan sambil mengantarkan Stella bertemu dengan seorang teman yang menjemputnya. Setelahnya, kami bertiga mencari makanan pagi sebelum nanti makan siang bersama dengan Edith dan Yoseph. Kami hanya membeli roti dan makanan ringan di minimarket lalu pulang ke rumah sambil menunggu Edith dan Yoseph pulang. Benar-benar seperti tinggal bersama. Saling menunggu satu sama lain. Sempat terbersit di pikiranku, betapa serunya jika di Depokpun kami tinggal bersama seperti itu. 

Pukul makan siang tiba bertepatan dengan sampainya Edith dan Yoseph di rumah. Kami berenam lalu memutuskan untuk mencari Gudeg sebagai makan siang dan jatuhlah pilihan kami di rumah makan Gudeg Yu Djum. Nasi Gudeg lengkap dengan telur dan ayam bagian paha bawah hanya menghabiskan 20 ribu rupiah. Kami kenyang dan kembali bersemangat!

Gudeg YU DJUM!
Pernah dengar mitos Beringin Kembar yang ada di alun-alun Selatan Jogjakarta?


Ya, setelah makan, kami berenam memutuskan pergi ke alun-alun Selatan untuk menjajal mitos tersebut. Konon katanya, jika kita dapat melewati jalan di antara dua beringin kembar itu, permohonan kita akan terkabul. Lalu, aku dan teman-teman tertarik untuk mencoba. Dimas yang mencoba pertama kali tidak berhasil, Aan, aku, dan Edith yang menyusulnya juga tidak berhasil. Maltal, yang terakhir kali mencoba langsung berhasil untuk pertama kalinya. Sungguh, Maltal beruntung. Aku dan yang lain masih penasaran. Yoseph yang ikut menyebrangi beringin itu juga belum berhasil. Ajaibnya, Aan dan Dimas berhasil pada kesempatan ketiga. Aku berhasil pada kesempatan keempat. Haha. Rasa penasaranku terjawab sudah. Mungkin lain kali, aku ingin mencobanya lagi?

Masing-masing menunggu gilirannya untuk jalan melewati beringin kembar.

Finally, aku bisa melewati beringin kembar :)

me and Maltal :)


Dari beringin kembar, kami menuju Jalan Malioboro. Surganya oleh-oleh. Teman-temanku yang lain, kelihatannya tidak terlalu tertarik untuk belanja oleh-oleh, tapi aku, aku justru menanti kesempatan ini. Ada yang menitipkan oleh-oleh aksesoris padaku. Aku sendiri memang suka mengoleksi benda-benda dari kota lain, minimal kaos oblong. Meskipun nantinya hanya aku pakai untuk tidur, tapi yang penting aku membawa sesuatu dari Jogja. Aku beli kaos oblong untuk aku, ibuku, ayahku, opa dan oma. Harganya dari 150 ribu/5 potong hanya bisa aku tawar sampai mentok di angka 130 ribu/5 potong. Gantungan kunci, tas Jogja, dan aksesoris lainnya pun aku beli dengan upaya tawar-menawar yang susah payah. Itulah seninya belanja di kaki lima. Harus jago tawar menawar.

Aku, Maltal, Edith, dan Dimas yang merupakan BPH KMK UI 2013 memutuskan untuk membeli gelang bermotif sama. Kalau dipikir-pikir, tindakan membeli gelang serupa ini unyu juga ya. Tapi, menarik. Mudah-mudahan saja kami akan selalu kompak menjalankan KMK UI setahun ke depan bersama pengurus lainnya. Amin.

Usai dari Malioboro, kami berenam meluncur ke Jalan K.S Tubun untuk berburu bakpia di Bakpia Pathok 25. Katanya, bakpia ini paling enak! Aku beli 4. Kacang Ijo 1 kotak, Keju 2 kotak, dan Aneka Rasa 1 kotak. Totalnya 88 ribu rupiah. Itu harga diskon. Harga sebenarnya 100 ribu rupiah. Hanya saja, karena kami membawa kendaraan, jadi masing-masing kotak dapat potongan harga 3 ribu rupiah. Bakpia ini memang paling enak. 

Stella yang sudah selesai bertemu teman-temannya, datang menemui kami di tempat bakpia ini, dan kami bertujuh pulang ke rumah.

Rencananya, malam itu kami akan makan bakmi Jawa. Tapi, hujan deras turun, dan ujung-ujungnya kami hanya memesan McDonalds. Haha. Jauh-jauh ke Jogjakarta, ujung-ujungnya McD. Namun apa daya, namanya hujan deras mengguyur Jogja.
Tak terasa, itu hari terakhir kami di Jogjakarta, esoknya kami harus pulang ke Jakarta, dan ya, selamat datang kembali realita.

Hari 7, Minggu 20 Januari 2013
PULANG

Sudah 6 hari kami habiskan di Jogjakarta. 5 hari mungkin yang paling tepat, karena 1 harinya kami habiskan di perjalanan. Sekarang saatnya kami pulang ke Jakarta. Ke rumah masing-masing, bukan lagi ke rumah Edith di Jogja. Saatnya kami hadapi realita dan setumpuk pekerjaan yang menanti di Jakarta.
Ya, Jakarta, kami pulang! Dengan menggunakan kereta Ekonomi AC pagi pukul 07.30, kami berangkat pulang. Meskipun tadinya ketar-ketir ketinggalan kereta, karena kami baru meluncur dari rumah pukul 07.15, toh pada akhirnya kereta itu masih berjodoh juga dengan kami.

Tiket pulang.
16.00, hawa Jakarta kembali menyapa kami. Jakarta yang sedang dilanda bencana banjir. Jakarta yang penuh kesibukan. Jakarta dan bukan Jogjakarta. Keduanya berbeda, tapi masing-masing punya cerita.
Terima kasih Jogjakarta untuk 7 hari yang istimewa. Terima kasih untuk berbagai sudut kotamu yang sanggup membuatku tersenyum bahagia. Terima kasih untuk ketenangan kotamu yang membawa rasa tentram untukku. Terima kasih Terima kasih JOGJAKARTA.

Kisahku ini mungkin bukanlah kisah yang sempurna bagi kalian. Tapi kisah ini sangat sempurna untuk selalu kusimpan dalam ruang kecil di dalam otak serta hatiku.
Terima kasih untuk teman-teman sekalian.
Untuk Edith, Maltal, Dimas, Aan, Stella, Otheb, Mbak Nun, Cungkring, dan Yoseph yang membuat sepotong kisah ini menjadi lebih indah dan berwarna. 

Sampai jumpa lagi, Jogjakarta!

2 comments:

  1. baju 150 ribu di malioboro??mahal bro..saran: next time kalo beli baju di pasar beringharjo aja,,jangan di malioboro..heuheu..

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya kan itu 5 baju mas, lagian udah ditawar jadi 130rbu. hehe :D

      Delete

Thanks for leaving a comment :)