Friday, January 25, 2013

Vakansi di Jogjakarta. (Part II)

Hari 3, Rabu 16 Januari 2013.
Bakso ITO, Candi Borobudur, restoran jeJamuran, ANGKRINGAN JOGJA.

Ya, saatnya kumulai lagi kisahku di hari ketiga kami di Jogja. Hari ini, kami berencana mengunjungi Candi Borobudur. Awalnya, teman-temanku tidak tertarik lagi mengunjungi candi ini. Bosan katanya. Sudah terlalu sering. Aku, justru kebalikannya, aku ingin sekali berkunjung ke Candi Borobudur, karena aku hanya pernah sekali mengunjungi Candi ini, dulu lama sekali ketika aku masih SMP. Tapi, saat itu aku berpikir, masa aku harus memaksakan kehendakku melihat Borobudur, sedangkan yang lain tidak berencana ke sana. Namun, akhirnya, entah dengan diskusi yang bagaimana, kami putuskan untuk mengunjungi juga Candi Borobudur. Lega. Bisa lagi kuinjakkan kakiku di bangunan yang dulu katanya adalah salah satu keajaiban dunia ini.

Kami berangkat pukul 9 atau 10 pagi, aku tak ingat pasti. Yang jelas, kami makan pagi di tempat makan 'Bakso ITO'. Tadinya, aku pikir ini adalah bakso daging sapi, ternyata bukan. Ini adalah bakso babi. Haha. Ini memang kesukaanku. Kalau bakso sapi, mungkin aku akan bingung memutuskan menu mana yang aku pilih, karena, yaa aku sedang pantang sapi semenjak terkena penyakit hepatitis beberapa bulan lalu. Semangkok bakso di bakso ITO kurang lebih berharga Rp 18.000,- meskipun ada juga yang lebih dari 20ribu, tapi hanya beberapa menu saja. Selesai makan, kami langsung menuju Candi Borobudur. Tapi, Mbak Nun tidak ikut. Ia harus pulang ke Solo. Total kami kembali tujuh orang.

Lagi-lagi, harus kukatakan ingatanku payah. Aku lupa, dari jam berapa sampai jam berapa kami menikmati keindahan Borobudur. Yang aku ingat, di sana, kami puas berfoto-foto hingga akhirnya perut kami yang lapar memaksa kami untuk meninggalkan Candi berlatar agama Buddha itu.

Indahnya borobudur.



Tempat makan yang hari itu menarik hati kami adalah rumah makan jeJamuran. Semua menu makanannya merupakan hasil olahan Jamur. Di tempat ini, kita bisa menemukan rendang jamur, tongseng jamur, jamur goreng penyet, sate jamur, jamur cah asam manis, dan masih banyak menu-menu jamur lainnya. Kami, yang memang terdiri dari orang-orang doyan makan, memesan bermacam-macam menu olahan jamur itu. Harganya? Lagi-lagi tidak terlalu mahal. Kenyang sekali perut kami siang (atau sore?) itu. Puji Tuhan.


Atas: jamur asam manis, jamur goreng tepung shitake, tongseng jamur, dan sate jamur. Bawah: rendang jamur dan jamur goreng penyet.
 
Makanan yang kami pesan:
1. Nasi Putih (tentunya) @ Rp 3.182,-
2. Sate Jamur Kancing @ Rp 12.273,-
3. Tongseng Jamur @ Rp 8.182,-
4. Rendang Jamur @ Rp 8.182,-
5. Jamur Goreng Tepung Shitake @ Rp 15.455,-
6. Asam Manis Shitake @ Rp 15.455,-
7. Jamur Goreng Penyet @ Rp 12.727,-

Minumannya:
1. Tea @ Rp 6.364,-
2. Honey Lime Tea @ Rp 8.182,-
3. Wedang Jejamuran (bagus untuk kesehatan, berfungsi sebagai obat) @ Rp 10.000,-
4. Aloe Vera Squash @ Rp 16.364,-
5. Tape Ketan @ Rp 4.091,-
6. Soda Gembira @ Rp 10.000,-

menu lainnya.
*harga belum termasuk PPn.

Pulang dari jeJamuran, kami mampir dulu ke rumah untuk beristirahat sebentar, dan malamnya, kami putuskan untuk menengok angkringan-angkringan pinggir jalan di Jogjakarta. Kisahku mungkin tak bisa sepenuhnya sempurna, karena, yaaaah, aku (lagi-lagi) lupa nama jalan tempat berdirinya tenda angkringan yang kami kunjungi. Yang aku tahu, angkringan itu dekat sekali dengan stasiun Lempuyangan kalau tidak salah, dan sepanjang jalanan ini, yang aku lihat hanyalah angkringan dan angkringan. Tinggal pilih salah satu yang mana yang paling menarik hati, dan duduklah di selembar tikar, nikmatilah suasana Jogja!

Perutku yang memang berkapasitas banyak, memilih beberapa tusuk sate untuk dikonsumsi. Sate kulit, sate ati ampla, sate usus, menjadi benda-benda yang mengisi perutku malam itu. Sebungkus sego kucing isi teri menjadi teman dari si sate dan segelas susu coklat hangat menjadi pelengkap makan malamku. Sungguh, luar biasa sekali rasanya. Makanan murah dan enak, dinikmati sambil merasakan hawa malam Jogjakarta.

Malam itu aku pribadi pulang dengan rasa senang dan SYUKUR. Suasana itu tak mungkin dapat aku nikmati di Jakarta. 

Hari 4, Kamis 17 Januari 2012
SOLO
ES MASUK - Kupat Tahu - Serabi - Angkringan SOLO

Dilihat dari judulnya, mungkin kalian bisa menebak bahwa wisata di hari keempat itu kami habiskan dengan berwisata kuliner. Haha. Pagi-pagi kami langsung bergerak menuju Solo, menyambangi kediaman Mbak Nun. Sampai di rumah Mbak Nun, kami disuguhkan bakwan goreng serta sukun goreng. Buatan Mbak Nun serta Ibunya. Enak dan lumayan untuk mengisi perut kami yang tidak sempat sarapan. Di rumah Mbak Nun, kami mendiskusikan tempat makan, dan akhirnya diputuskan untuk makan di 'Es Masuk'. Itu tempat makan berisi makanan-makanan khas Jawa Tengah. Ada makanan yang namanya 'SELAT', semacam steak khas Jawa Tengah. Lalu, aku sendiri memesan Nasi Teamlo khas Solo. Harganya, lagi-lagi tidak tergolong mahal. 

Nasi Teamlo. Isinya ada wortel, jeroan sapi, telur, jamur, dan sedikit daging ayam.
Kenyang makan siang dan tak punya tujuan lain untuk berwisata, akhirnya kami berkunjung ke rumah Otheb di Solo. Bertemu dengan Budhe-nya Otheb, lalu sejenak beristirahat dan kembali mendiskusikan rencana perjalanan. Keputusan yang kami dapatkan adalah bahwa kami akan membeli Kupat Tahu serta Serabi Solo, setelahnya, kami akan berleha-leha di rumah Mbak Nun, sembari menunggu makan malam. Benar-benar perjalanan kuliner hari itu. Setelah sempat tidur siang sampai sore di rumah Mbak Nun dan menikmati hangatnya Serabi Solo dan Kupat Tahu, kami memutuskan untuk makan di angkringan di Solo. Namanya mungkin sama-sama angkringan. Tapi suasana dan menu makanannya sedikit bervariasi di angkringan Solo. Intinya, ketemu sate-satean itu lagi dengan jenis yang lebih beragam, EXACTLY tetap menyenangkan dan mengenyangkan. Mbak Nun yang tadinya tidak berencana ke Jogjakarta bersama kami, akhirnya memutuskan untuk ikut ke Jogja, karena besoknya, hari Jumat, kami akan melakukan perjalanan ke Gua Maria Tritis dan Pantai Indrayanti. Can't wait!

Hari 5, Jumat 18 Januari 2013
SOTO Boyolali - Gua Maria Tritis - Pantai Indrayanti - Makan Ikan Bakar - Nasi Babi

Tiba sudah aku kisahkan perjalananku pada hari kelima. Pagi-pagi kami berdelapan memutuskan untuk sarapan yang super kenyang di Soto Boyolali. Jadi, sotonya ini langsung dicampur dengan nasi, sehingga nasinya digenangi kuah. Itu sama sekali bukan kesukaannya Maltal, jadi pagi itu, Maltal, memutuskan untuk makan nasi pakai mi goreng. Hehe.

Perut sudah kenyang, kami siap untuk melanjutkan perjalanan ke Gua Mari Tritis dan Pantai Indrayanti di daerah Gunung Kidul. Jalanannya berkelok-kelok, namun untung perut kami semua sudah terisi, sehingga kami tidak merasa pusing. Edith, Mbak Nun, dan Stella memutuskan untuk tidur sepanjang perjalanan. Aan dan Maltal melakukan hal yang sama meskipun mereka tidak senyenyak yang lain. Dimas dan aku menemani Otheb menyetir mobil. Aku memang tidak suka tidur sepanjang perjalanan, kecuali rasa kantuk benar-benar sudah menyerang.

Sekitar pukul 1 siang, kami sampai di Gua Maria Tritis. Gua Marianya benar-benar 'Gua'. Terbentuk dari bebatuan alami di pegunungan. Ada seorang ibu, bernama ibu Sisca yang menceritakan beberapa petikan sejarah tentang Gua Maria Tritis. Aku menggunakan kesempatan berkunjung ke Gua Maria ini untuk memanjatkan doa. Semoga di tempat itu, doa yang aku panjatkan dapat terkabul suatu saat nanti.

Patung Maria di Gua Maria Tritis. Heran. Kenapa warna patungnya hitam?
Salib yang terdapat di Gua Maria Tritis

Kegiatan foto-foto yang sudah menjadi kebiasaan, tak dapat kami tolak lagi. Banyak foto yang dihasilkan di Gua Maria Tritis. Dan, hasil sekian kali 'jeprat-jepret' itu sudah cukup bagi kami sebelum kami melanjutkan perjalanan kami ke Pantai! Ya, Pantai Indrayanti yang atas rekomendasi beberapa orang merupakan pantai paling bagus akan segera kami kunjungi.


Jarak dari Gua Maria Tritis ke Pantai Indrayanti cukup jauh. Kami harus melewati beberapa pantai dulu, baru akhirnya tiba di Pantai Indrayanti. Kelelahan kami terbayar setelah melihat putihnya pasir dan birunya air laut. Untunglah cuaca saat itu cerah, sehingga kami tidak perlu repot-repot menghindar dari hujan atau semacamnya. Angin yang bertiup menyapu kulit tanganku dan, ah tak kuasa di tolak, rasa tenteram menjalar di sekujur tubuhku.

Captured by Aan

Captured by Aan

Kami menghabiskan waktu cukup lama di Pantai. Berfoto-foto lagi dengan berbagai macam gaya dan kreasi yang diarahkan oleh pengarah gaya dadakan, Edith. Menunggu perut lapar untuk menikmati hidangan seafood pinggir pantai.


Pukul 4 sore, kami memesan menu hidangan laut, aku dan beberapa teman lain, memesan Paket Nasi Ikan Bakar, Otheb memesan Paket Nasi Udang Goreng, dan Edith yang katanya tidak suka ikan, memesan Paket Nasi Ayam Goreng. Harga masing-masing paket tersebut Rp 15.000,-. Tergolong murah memang. Rasanya juga tidak begitu buruk, hanya saja, ikan yang dibakar itu banyak sekali tulangnya. Aku juga tidak tahu itu ikan apa, tapi ya tetap aku makan saja, toh yang penting enak dan mengenyangkan. Maklum, perut sudah begitu lapar saat itu.

Selesai makan, perlahan-lahan langit mulai menjingga. Sunset sebentar lagi akan muncul. Momen-momen indah yang biasa dinikmati di pantai. Kami duduk di pinggir pantai untuk menunggu datangnya sunset. Ketika matahari perlahan turun, kami mulai berfoto-foto dengan berbagai macam gaya. Menarik sekali!

Matahari pun menghilang hingga tak terlihat lagi, senja mulai muncul. Maltal, Otheb, dan Aan yang butuh berbilas pun segera pergi ke kamar mandi untuk berbilas, sedangkan yang lain menunggu dengan sabarnya. Hari itu, ketika pulang, penat kami hilang berganti senang.

Pantai Indrayanti, you're such a really beautiful beach!

Karena hari itu hari Jumat, dan esoknya hari Sabtu, maka Yoseph, adik Edith bisa ikut kami jalan-jalan malam harinya. Yoseph mengajak kita semua untuk ke Kalimilk, salah satu tempat dengan produk utama susu, yang ada di Jalan Kaliurang (mungkin mirip Cimory?). Sayangnya, ketika tiba di Kalimilk, semua tempat terisi penuh, dan kami harus masuk Waiting List yang ke-6. Malas menunggu karena hari sudah terlalu malam, akhirnya kami memutuskan untuk makan di tempat serba B. B1 dan B2. Hehe.

Kami makan nasi Babi! Babi Kecap hanya berharga Rp 10.000,- sepiring, begitu pula dengan menu Babi Rica. Nasi putih sepuasnya hanya dihargai Rp 2.000,- satu orang. Tidak begitu mahal dibandingkan dengan restoran-restoran di Jakarta yang menyajikan menu Babi.

Perut kenyang, hatipun senang, begitu ucap salah seorang temanku dulu. Itu yang terjadi pada kami malam itu. Hati begitu senang menikmati pantai, makan seafood, makan nasi Babi pula! Haha.

Sungguh malam hari yang menyenangkan.
Tak dikira, waktu kami di Jogjakarta semakin sedikit. Hanya tinggal hari Sabtu besok. Tak apalah :)

No comments:

Post a Comment

Thanks for leaving a comment :)