Tak direncanakan, jariku mengetik judul film itu di kolom Youtube. Seketika, memoriku otomatis bergerak mundur. Mengingat kembali film yang beberapa tahun lalu kusaksikan bersama dia. Film lokal yang berhasil membuatku banjir air mata. Bukan karena dialog yang terlalu indah ataupun kisah cinta yang begitu drama. Lebih karena kisah kami sama, namun menuntut akhir yang berbeda.
Ceritanya begitu nyata, tidak berlebihan seperti drama dua jam di televisi-televisi swasta. Ceritanya begitu nyata, sampai aku merasa menjadi tokoh di dalamnya. Ceritanya begitu sama. Sama dengan kisah yang kupunya.
Aku dan dia berbeda, sama seperti mereka punya cerita.
Akan tetapi, aku dan dia mencoba berusaha. Berusaha mengejar akhir yang berbeda dengan apa yang ditampilkan di layar bioskop itu. Sampai akhirnya, mau tidak mau usaha itu tidak berbuah indah. Yang ada sekarang, aku dan dia terpisah. Terpisah karena berbeda. Persis sama seperti film itu. Sama.
Jika saat itu aku banjir air mata karena aku memaksakan akhir yang berbeda, sekarang tidak lagi. Aku memang masih tersentuh menyaksikan film itu, tapi aku tak lagi tersedu-sedu. Aku tau, bahwa aku tak harus lagi memperjuangkan akhir yang berbeda. Aku sudah punya akhirku sendiri dengan dia bertahun yang lalu. Sama akhirnya, sama seperti film itu.
Aku hanya teringat. Namun, tak ingin lagi mengingat.
No comments:
Post a Comment
Thanks for leaving a comment :)