Tuesday, November 18, 2014

BBM naik, lalu...

mengapa harus mencela jika belum melihat perubahan apa yang menunggu di depan sana?
mengapa harus diliputi rasa pesimis jika mereka yang merubah bisa optimis?
mengapa harus mengeluh ketika masih bisa berusaha sampai berpeluh?
mengapa tak justru mencoba memahami sebelum mengomentari?
mengapa tak mau duduk berpikir dan malah terus-terusan nyinyir?
mengapa harus selalu minta dikasihani? Selalu mengucilkan diri sendiri? Apa daya juang kita sudah lari?
mengapa tak justru mencari alternatif pengganti? Apa kreativitas kita sudah mati?
mengapa hal seperti ini selalu terjadi? Cela datang dari sana sini, kritik mengalir tidak berhenti. Bentuk kepeduliankah ini? Apa justru cerminan hilangnya energi positif di negara ini?


Cobalah untuk...

menjadikan jalan kaki sebagai pilihan, tidak melulu naik ojek atau naik angkutan umum, maka kita bisa berhemat.
menjadikan sepeda atau angkutan umum sebagai kendaraan jika ingin bepergian, maka kita akan mampu mengurangi kemacetan.
menghemat pengeluaran dan budayakan menabung, maka kita punya dana cadangan sewaktu-waktu.
merasakan nikmatnya hidup dengan apa yang sudah kita punya, maka hidup akan lebih positif.
bersyukur, maka Tuhan akan memberikan yang lebih dan lebih setiap hari.

Memang...

saya tidak merasakan langsung dampak yang dirasakan mereka yang mengaku rakyat kecil.
saya tidak pusing menaikkan harga karena saya bukan pengusaha.
saya tidak pusing menaikkan gaji karyawan karena saya bukan bos perusahaan.

Tapi saya...

penikmat kendaraan pribadi yang bukan milik sendiri.
penikmat angkutan umum yang lambat laun akan merasakan kenaikan harga.
memiliki kebutuhan yang pasti harganya naik pula.
karyawan yang tidak (belum) dinaikkan gajinya.
pasti ikut pusing mengatur pengeluaran.

Dan saya memilih...

untuk benar-benar merealisasikan apa yang saya ajak kalian untuk coba lakukan.

No comments:

Post a Comment

Thanks for leaving a comment :)