Wednesday, August 7, 2013

6 Juli 2013: Indonesian Youth Conference 2013

Cerita ini mungkin sudah termakan waktu. Karena jarak pelaksanaan acara ini dengan saat ketika saya mempublish tulisan ini sangatlah jauh. 6 Juli 2013 - 7 Agustus 2013.

Namun tak apa, anggap saja ini sebagai cerita pengalaman saya mengikuti sebuah acara yang begitu bermanfaat bagi gerakan anak muda.

"IYC 2013: Saatnya Kita Beraksi" ternyata merupakan IYC yang ketiga kalinya. Percaya tidak percaya, info mengenai IYC 1 dan IYC 2 tidak pernah sampai ke pendengaran saya. Entah saya yang tak banyak mendengar kabar, atau informasi acara tersebut yang memang tidak menjangkau sarana-sarana informasi yang dekat dengan saya. Namun tak apalah. Mengikuti IYC tahun 2013 ini sudah merupakan sebuah kegiatan yang menyenangkan diri sendiri.

Awal mula saya tahu acara IYC 2013 ialah berasal dari tweet salah seorang teman saya yang kebetulan menjadi volunteer di acara tersebut. Saya follow twitter IYC 2013, saya turuti prosedur pembayarannya, dan saya pilih sesi-sesi yang ingin saya ikutin. Teman-teman terdekat, semua saya ajak. Namun, hanya satu yang mengiyakan. Cathlin namanya.

Dengan 135.000 rupiah, saya bisa mengikuti rangkaian acara IYC 2013, FULL DAY. Mulai dari Sesi Politik, lalu sesi pilihan pertama (saya pilih sesi Media & Jurnalisme), kemudian sesi pilihan kedua (saya pilih sesi Sejarah). Ada pula Surprise Session yang bisa saya ikuti. Kemudian, malamnya, ada pentas musik dari WSATCC, The Aftermiles, dan Maliq N d'Essentials.

Ketika hari H tiba, fisik saya ternyata lemah. Perut saya terserang. Entah karena apa. Jam makan saya sudah teratur. Makanan yang masuk ke dalam badan saya juga makanan yang (kiranya) sehat. Tapi apa daya. Mungkin fisik saya sudah terlalu lelah, jadi habislah.

Namun, mengingat janji dengan teman, dan keinginan saya yang begitu kuat mengikuti IYC 2013, akhirnya saya berangkat ke UPPERROOM Annex Building, Jakarta Pusat. Dari Depok.

Setibanya di sana, saya menukar tiket dan memburu sesi pertama yang diwajibkan bagi seluruh peserta, yakni Sesi Politik yang menghadirkan Budiman Sudjatmiko dan Yoga Dirga Cahya. Pada sesi ini, saya tidak terlalu mendapatkan banyak hal. Yang saya tau dan saya ingat sebagai anak muda ialah, bahwa sebagai anak muda, kita harus peka terhadap kehidupan politik. Politik mungkin memiliki citra yang amat buruk di mata masyarakat Indonesia, tapi kalau kita tidak mau peka, bagaimana kita bisa mengubah citra politik tanah air? Kurang lebih seperti itu.

Kemudian, di sesi yang kedua, yakni sesi Media & Jurnalisme. Pembicaranya berasal dari AJI, lalu ada Charles Bonar Sirait, dan Teguh Priyanto dari ANTARA. Pada sesi ini, pengetahuan saya mengenai kehidupan media sedikit terbuka. Sesi ini tidak memaparkan cara menjadi jurnalis atau pekerja media yang baik, melainkan menunjukkan pada para peserta bahwa dunia media adalah dunia yang penting dan akan selalu mengambil peran besar dalam masyarakat. Terlebih lagi, pada jaman serba canggih dan berteknologi seperti saat ini. Sesi ini memaparkan data dan fakta mengenai hebatnya perkembangan media jaman sekarang, mengenai banyaknya masyarakat yang menyumbang aktif pada pesatnya arus komunikasi online dan arus masuknya berita. Di sinilah media menampakkan taringnya. (That's why, saya selalu bercita-cita menjadi pekerja media).

Dipotong makan siang yang didapatkan secara gratis, saya bercakap-cakap dengan teman saya menonton IYC. Saya menyantap makan siang saya saat itu sambil menahan sakit perut yang tak kunjung hilang. Ya sudahlah, saya paksakan saja meskipun memang agak sulit.

Setelah makan siang, saya dan Cathlin memilih sesi yang berbeda. Saya memilih topik Sejarah, sementara Cathlin memilih sesi Hukum. Topik Sejarah ini menghadirkan Ridwan Saidi, Asep Kambali, dan Fadli Zon. Semuanya tokoh sejarah hebat (hal ini saya yakini setelah kulik-kulik wikipedia). Pada intinya, di sesi ini saya merasa yakin bahwa setiap orang harus mengetahui sejarah. Sejarah apapun. Untuk apa? Agar kita dapat memperbaiki segala sesuatu yang salah, yang telah terlanjur terjadi di masa lalu. Jadi, saya setuju dengan ungkapan JAS MERAH yang katanya dilontarkan oleh Soekarno. JAS MERAH: Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah!

Selesai sesi Sejarah, saya berkeliling-keliling bersama Cathlin, untuk melihat-lihat berbagai hasil karya Pop Art dari para muda-mudi. Ternyata, bagus-bagus banget loh itu pamerannya. KEREN!!!



Ikut sesi-sesi yang dipilih sudah, lihat-lihat Pop Art Exhibition juga sudah, selanjutnya saya dan Cathlin kembali ke aula karena masih ada sebuah surprise lagi. Yakni SURPRISE SESSION.

Tahukah kalian, siapa yang menjadi pembicara di Surprise Session tersebut?

Setelah beberapa lama menunggu-nunggu pembicara yang akan menginspirasi anak muda di sesi iini Ade Rai, ada Handry Satriago, dan ada Adhyaksa Dault. WOW! Mereka benar-benar menjadi penyemangat dan pemberi inspirasi bagi para muda-mudi yang masih di ranah mimpi ini.

Saya mendengarkan kisah inspiratif mereka dan petuah-petuah ajaib mereka. Saya dengar, saya resapi. Saya coba ingat, namun tak kuasa bertahan lama dalam memori. Namun tenang, perjalanan mereka meraih sukses dan cinta mereka akan Indonesia sudah cukup membuat saya terkagum-kagum. Sayang, sebelum saya usai mendengarkan mereka semua berkisah, perut saya makin menjadi-jadi. Sehingga, saya langsung keluar mengambil sertifikat dan ijin pulang pada Cathlin. Tadinya, Cathlin mau menyaksikan special performances dari The Aftermiles, White Shoes and The Couples Company, serta Maliq N d'Essentials, namun nggak tau juga apa alasannya, Cathlin akhirnya ikut pulang sama saya.

Finally, nggak ada yang nonton Special Performancesnya, padahal pasti kece-kece banget penampilannya. :''

IYC IYC IYC 2013, saya menyesal, kenapa saya baru tahu kamu di tahun 2013 ini. Bukan di tahun-tahun sebelumnya saja. Tapi tak apalah, saya senang bisa mampir melihat kamu, IYC 2013. Semoga apa yang saya dapatkan di IYC 2013 ini berguna buat saya dan para teman-teman peserta lainnya. Amin.



Terima Kasih Indonesian Youth Conference 2013!

No comments:

Post a Comment

Thanks for leaving a comment :)