Telah lama bersarang di rak buku saya, akhirnya Antologi Rasa karya Ika Natassa bisa juga saya lahap dalam satu hari saja. Sosok Keara, Harris, dan Ruly yang seolah sempurna fisik maupun materi-nya ternyata tak membuat mereka luput dari kejaran teror perasaan. Membuat saya yang tadinya enggan untuk menamatkan semua babnya kurang dari 24 jam, toh akhirnya melanggar dengan sendirinya.
SINOPSIS
Keara, seorang perempuan cantik yang bekerja di sebuah bank ternama, adalah sosok yang mandiri dan cerdas. Di antara sekian banyak laki-laki yang mengejar Keara, ia justru diam-diam menyukai Ruly yang tak lain adalah sahabatnya sendiri.
Harris, seorang lelaki yang terbiasa bergonta-ganti pacar adalah salah seorang sahabat Keara yang lain. Ia juga bersahabat dengan Ruly yang ditaksir oleh Keara. Namun, lepas dari hubungan persahabatannya, Harris justru mencintai Keara dan amat menginginkan Keara menjadi pasangan hidupnya kelak.
Ruly, seorang lelaki yang merupakan sahabat dari Keara, Harris, dan juga Denise. Keempatnya pernah menjalankan masa-masa orientasi kerja bersama di salah satu daerah terpencil. Tak menyadari perasaan Keara padanya, Ruly justru menaruh hati pada Denise, seorang sosok wanita lembut, yang telah menikah sebelum Ruly sempat menyatakan perasaannya.
Seolah cinta segitiga, Keara, Harris, dan Ruly, dihadapkan pada situasi yang sangat melibatkan perasaan. Membuat mereka menjadi sosok yang rapuh dan lemah pada rasa.
SEDIKIT MENGULAS...
Harus diakui, pegawai bank sekelas Ika Natassa tak hanya berbakat mengurus perbankan, ia juga berbakat dalam merangkai cerita yang mampu melibatkan perasaan pembacanya. Dengan cerita yang sesungguhnya terkesan sederhana, yakni cinta segitiga, Ika mampu mengemasnya dengan lebih eksklusif, lebih menarik, lebih berbeda, lebih berani, dan lebih mengejutkan. Dalam Keara, Harris, dan Ruly, Ika tak hanya menanamkan rupa dan karakteristik 'kelas atas', namun ia juga memberikan penyadaran bahwa 'tak selamanya mereka yang hidup berkelimpahan, berkecukupan, dan berwajah cantik serta tampan, dapat dengan mudah meraih kebahagiaan.'
Harris yang mencintai Keara, Keara yang mencintai Ruly, Ruly yang mencintai Denise, Denise yang mencintai suaminya, Kemal adalah salah satu bentuk rangkaian kisah cinta yang sangat biasa, bukan? Namun bagaimana jika, Harris yang mencintai Keara harus menderita karena tak dianggap sahabat lagi oleh Keara akibat suatu peristiwa di Singapura; Keara yang mencoba membunuh rasanya terhadap Ruly dengan bermain-main dengan seorang lain bernama Panji (seorang player yang entah mengapa, justru lama-kelamaan menginginkan hal yang serius bersama Keara); Ruly yang mencintai Denise tanpa alasan lambat laun juga menaruh hati pada Keara tanpa bisa seutuhnya melupakan Denise; turut mewarnai kehidupan di novel ini? Pastinya, buat saya, hal-hal tersebut tak akan membuat novel ini menjadi novel picisan yang mudah ditebak pembaca, melainkan menjadikan Antologi Rasa sebagai salah satu karya yang membuat pembacanya geregetan karena tidak bisa menduga bagaimana endingnya.
Latar yang digunakan oleh Ika membuat kita lebih mudah akrab dan lebih cepat menyesuaikan diri dengan cerita di dalamnya. Terutama dengan kehidupan bank yang juga digunakan oleh Ika sebagai latar dalam novel-novelnya yang lain. Di Antologi Rasa, kita tak dituntut untuk menyeberang masa hanya untuk mengerti kondisi sosial ekonomi di masa yang jauh berbeda dengan saat ini, melainkan kita hanya diajak untuk melihat masa kini dari sudut pandang yang berbeda. Dengan sudut pandang yang lebih 'wah', seiring dengan latarnya yang juga kebanyakan 'wah'.
Dalam Antologi Rasa, Ika menawarkan kisah dari berbagai sudut pandang. Ia bercerita sebagai Keara, Harris, Ruly, bahkan Panji. Ia memberikan kita ruang untuk memahami pikiran dan hati dari setiap pemeran. Membuat kita berujar, 'oooh' atau sekadar mengumpat ,'ah, bego amat sih ini orang!'.
Halaman per halamannya seperti mengandung candu yang membuat kita tak bisa berhenti membalik. Dengan penuh kegalauan yang dipadukan dengan lirik-lirik lagu John Mayer, serta sepenggal dua penggal kalimat menyentil, Antologi Rasa membuat saya ingin membacanya berulang-ulang.
Jika Harris benar eksis di dunia nyata, mungkin dia akan saya puja-puja. Atau jika benar sosok Ruly ada, mungkin saya akan mengumpatnya (atau malah menyukainya). Serta kalau sosok Keara itu punya kembaran di Jakarta Raya ini, mungkin dia akan membuat saya iri seiri-irinya.
Keara, lepas dari kehidupan cintanya yang pelik, dan juga kecantikan, kekayaan, atau kesuksesannya yang bikin iri atau mupeng, memang seolah mustahil untuk benar-benar ada di dunia nyata. Namun ketika kita mengabaikan kemustahilan itu dan memandang Keara sebagai sosok yang 'hidup', kita akan mampu melihat bahwa Ika berusaha menghadirkan Keara sebagai sosok yang independen dan mandiri. Keara yang, begitu sering memberi kejutan, menghadirkan pikiran-pikiran yang berani, dan menciptakan identitasnya sebagai wanita penuh pendirian. Mengajak para wanita, yang, tanpa memperhatikan segala 'kesempurnaannya' juga harus berani memiliki karakter sebagaimana yang dimiliki oleh Keara.
KUTIPAN MENGENA...
"We're both just people who worry about the breaths we take, not how we breathe. How can we be so different and feel so much alike, Rul?" (Keara, p.48)
"Gue mencintai lo seperti itu, Key. The more you make me suffer, the more I find I love you." (Harris, p.59)
"Pick your happiness, ya. Gue cuma mau ngomong itu kok." (Dinda, p.222)
dan masih banyak lagi...
AKHIR KATA
Perlu diperingatkan, akhir dari novel ini bisa jadi sedikit mengecewakan. Teruntuk saya misalnya, ekspektasi dan ending sebenarnya amat jauh berbeda. Jadi, biarkan diri kalian mengalir dibawanya, galau dan menangis karenanya, teraduk-aduk geregetan di setiap bagiannya. Karena Antologi Rasa, punya daya magis untuk mengocok-ngocok rasa dan menitikkan air mata para pembaca.
Bagi kalian yang bernasib sama seperti saya, yakni belum pernah membaca Antologi Rasa hingga Critical Eleven* dilahirkan, maka silahkan nikmatilah karya ini sebelum tertinggal lebih lama.
Akhir kata, selamat mengikuti kisah Harris, Ruly, dan Keara, ya!
*Critical Eleven > buku terbaru Ika Natassa, terbit di pertengahan tahun 2015, yang dinyana sebagai karya yang tak kalah mengharukan dan...menggalaukan...
No comments:
Post a Comment
Thanks for leaving a comment :)