Wednesday, May 13, 2015

Pantai

"Apa mimpi terbesarmu?" tanya seorang sahabatku.

"Menginjakkan kakiku ke semua pasir pantai di Indonesia dan merendamkan bagian betisku ke semua air laut di Indonesia."

"Hahaha, bagaimana mungkin? Apa bedanya setiap pantai dan air laut di negara ini? Rasanya semua sama saja."

"Kamu salah kalau begitu. Tak semua pantai di sini ada yang serupa. Ada yang airnya biru jernih, tanpa karang. Ada yang airnya tak jernih, namun pasirnya halus. Ada yang pasirnya berwarna pink. Ada yang ombaknya besar seakan menggoda untuk menggulung. Ah, kau tak akan tahu nikmatnya sebelum kau sambangi semuanya."

"Masa iya begitu? Sekali waktu aku pernah ke Pantai Anyer kemudian melipir ke Pantai Carita. Airnya keruh, banyak sampah dan seakan tak terurus. Begitupun dengan beberapa pantai lain yang kukunjungi namun tak sanggup ku ingat namanya. Sampah berhamburan di mana-mana."

"Itu bukan salah pantai. Itu salah pengunjungnya. Mengapa mereka menyerakkan sampah seakan tak ada tempat pembuangan yang layak? Mengapa mereka seenaknya mengotori alam yang sesungguhnya dapat menjadi kekuatan Indonesia. Ah, aku jadi kesal sendiri dibuatnya. Lantas hanya karena kamu melihat beberapa pantai kita tak terurus, kamu enggan untuk menjenguk yang lain? Betul-betul menyesal kamu nanti."

"Entahlah. Aku tak merasa pantai dan air laut mampu menggoda. Rasanya membosankan. Hanya air dan air. Melulu itu. Kalau tidak air, ya pasir. Apa lagi? Karang? Ah, tak ada yang istimewa."

"Kamu hanya belum menemukan kenikmatannya, Ya. Percayalah, setiap kamu mendengar deburan ombaknya, merasakan pasirnya, halus maupun tidak, kamu akan merasakan sesuatu yang membuatmu menyatu dengan alam. Belum lagi jika kamu membiarkan dirimu tergulung ombak hingga ia membawamu terseret kembali ke bibir pantai, bebas Ya, bebas. Seakan semua bebanmu lepas. Atau misalnya, kamu naik perahu motor untuk melihat lumba-lumba di tengah laut, ketika perahu itu berjalan dan memecah air laut menjadi buih-buih, rasanya itu nikmat tiada tara. Sekelilingmu laut. Luas, seolah tak berujung." ceritaku bersemangat.

"Kamu bercerita seolah kamu sangat akrab dengan pantai dan air laut. Memang kamu bisa berenang? Memang kamu bisa menyelam?"

"Tidak bisa. Lantas mengapa? Tak bisa berenang dan tak bisa menyelam tak semata-mata harus membuatku bermusuhan dengan laut, toh? Aku berani main ke laut yang kedalamannya hanya sampai sedadaku. Atau aku berani sekedar snorkeling pakai pelampung untuk melihat indahnya terumbu karang dan ikan-ikan kecil yang berenang. Aku juga tidak masalah kalau hanya sekadar menikmati pantai dari pinggir laut. Pokoknya, energiku seakan terisi penuh kalau aku lihat pantai. Begitu."

"Ya ya, baiklah, silahkan kamu kejar mimpimu itu."

"Iya pasti. Lantas, apa mimpi terbesarmu?"

"Membantu mewujudkan mimpi terbesarmu."

"..."

No comments:

Post a Comment

Thanks for leaving a comment :)