Tuesday, December 16, 2014

Teater Koma, Republik Cangik - Komedi Satir Membahas Negeri

Kalian setuju nggak, kalau saya bilang pementasan Teater Koma memang sulit dan sayang untuk dilewatkan?

Contohnya saja hari Kamis berminggu-minggu yang lalu (20/11). Rasa-rasanya tidak ada alasan bagi saya untuk tidak menyaksikan pementasan ke- 136 Teater Koma. Sama seperti biasa, menonton hasil produksi Teater Koma adalah hiburan yang sanggup membuat mood saya berubah 180 derajat. Murung  di wajah bisa berganti menjadi puas sekali tertawa. Gimana saya nggak senang ketika pulang?

Source: http://teaterkoma.org/images/wbgallery/m/2014_10/141336229787573.jpeg
Dengan ditemani seorang Maria Tarisa aka bos maltal ke pertunjukkan tersebut, saya akhirnya mantap untuk menyaksikan pertunjukan menarik dari Teater Koma ini. Untungnya, secepat bos maltal konfirmasi akan ikut, secepat itu pula saya memesan tiket dari satu minggu sebelumnya. Banyak teman saya yang tidak berhasil mendapatkan tiket menonton. Sayang.

Menonton aksi panggung berjudul 'Republik Cangik' ini seakan menyaksikan drama di negeri sendiri. Ceritanya menurut saya terpusat pada seorang tokoh atau sosok yang dianggap layak jadi pemimpin negeri Suranesia, sebuah negeri yang baru saja kehilangan raja terbaiknya dan juga negeri yang menjadi latar belakang tempat dalam pementasan ini. Tokoh atau sosok ini mengingatkan saya pada sosok presiden kita yang ke-7, Bapak Ir. Joko Widodo. Suranesia pun mengingatkan saya pada negeri kita, Indonesia. Ceritanya serupa.

Mengapa saya sebut tokoh itu layak menjadi pemimpin Suranesia? Karena ternyata, dia menggunakan dan membawa pedoman atau ilmu Hasta Brata ketika berkampanye. Setelah saya cari-cari tentang Hasta Brata lebih dalam lagi di internet, saya kemudian mengetahui bahwa Hasta Brata berasal dari kata Hasta yang artinya 'delapan' dan Brata yang artinya 'perilaku atau tindakan'. Delapan perilaku tersebut mewakili delapan sifat alam yang turut mewakili simbol kearifan dan kebesaran Sang Pencipta, yakni sifat Bumi, sifat Matahari, sifat Bulan, sifat Samudra, sifat Bintang, sifat Angin, sifat Api, dan sifat Air. Sifat-sifat yang diyakini harus dimiliki calon pemimpin ini ada pada tokoh Jaka Wisesa, seorang tokoh yang dianggap berkompeten oleh Cangik untuk menjadi pemimpin Suranesia menggantikan Maharaja. Cangik sendiri adalah seorang tokoh yang mengadakan acara pemilihan raja Suranesia yang baru ini. Cangik memiliki seorang anak bernama Limbuk yang juga menjadi tokoh terlucu sepanjang pementasan. Dengan tubuhnya yang gempal dan dialognya yang spontan, sontak penonton mampu dibuatnya tertawa. Termasuk juga saya.

Limbuk dan Jaka Wisesa


Jaka Wisesa bagi saya sangat dimirip-miripkan dengan Bapak Joko Widodo. Termasuk tokoh-tokoh lain di 'Republik Cangik' juga seperti mewakili tokoh yang benar-benar nyata, sehingga, tidak hanya cerita yang menggelitik yang saya dapat, melainkan juga cerminan drama pemilihan presiden Indonesia 2014 kemarin. Tentu, digabungkan dengan berbagai ide segar khas Teater Koma. Secara keseluruhan, saya mendapatkan kesan komedi-satirik dalam pementasan tersebut. Semuanya tentu mengacu pada kenyataan yang sebenarnya, namun diberikan bumbu-bumbu lain penambah cita rasa. Beberapa cerita dan kejadian nyata di Indonesia seolah ditampilkan kembali di pementasan kemarin dengan gaya yang lebih lucu. Suranesia tak ubahnya menjadi Indonesia, begitu juga sebaliknya. Meskipun memang, tidak semua hal menjadi sama, ada beberapa improvisasi di Suranesia yang saya kira tidak serupa dengan Indonesia.

Tokoh Punakawan dan raja-raja juga dihadirkan dalam pementasan ini. Beberapa menurut saya cukup berhasil menjadi bumbu hiburan, namun yang lainnya bertugas sebagai pembawa pesan dan sentilan-sentilan tentang kehidupan.

Sangat tidak heran rasanya jika pementasan Teater Koma kali ini mampu membuat saya dan yang lain terhibur. Terlihat dari tawa yang pecah di antara penonton ketika menanggapi adegan lucu dan juga raut wajah sumringah setelah pertunjukkan usai. Semua penonton juga antusias berfoto dengan para pemain sesaat seketika pementasan berakhir. 

Republik Cangik yang dipentaskan selama 4 jam ini pada akhirnya membawa saya ke akhir yang tak disangka. Pemilihan raja baru Suranesia ternyata tak mendapatkan hasil. Putra Maharaja yang pertama datang dan menghentikan pemilihan tersebut. Pementasan ditutup dengan sebuah lagu yang dinyanyikan para pementas. Lagu yang berjudul 'Apa Yang Dibutuhkan Rakyat?' itu dilantunkan dengan penuh penghayatan. Pesannya hanya satu, yakni semua proses pemilihan raja baru itu pada akhirnya harus berujung pada penentu kehidupan yang utama, yakni rakyat yang akan dipimpin oleh raja tersebut. Kemerdekaan yang menyatukan dan merdeka adalah hal yang dibutuhkan rakyat, dan merekalah penentu kehidupan. Cukup menghibur dan sangat sarat akan pesan berkehidupan, saya rasa.



Para pemain

No comments:

Post a Comment

Thanks for leaving a comment :)