Tadinya, saya tak mau menulis.
Tadinya, saya tak mau bersuara. Ya, lewat tulisan inipun sebenarnya saya tidak bersuara, tapi nyatanya, ini suara saya.
Semua berangkat dari bulu halus di tangan saya yang selalu berdiri ketika menyaksikan video-video di YouTube mengenai capres pilihan saya, capres nomor dua. Beragam video kreatif karya anak bangsa ini baru mulai saya tonton justru pada saat proses pemilihan presiden mulai memasuki masa tenang, yakni pada hari Minggu yang lalu, 6 Juni 2014.
Saya tidak pernah mengira bahwa saya akan menjadi sepeduli ini dan seberharap ini terhadap calon presiden pilihan saya. Saya hanya ingin Indonesia menjadi satu dan tidak terpecah belah menjadi beberapa kubu yang justru saling membenci dan melontar fitnah.
Kegelisahan saya mulai muncul ketika saya justru sedang menulis ulasan makanan seperti biasa di blog saya pada Sabtu lalu. Kemudian, entah ada angin apa yang menghembus kepala saya, tiba-tiba saya mulai berkicau di account twitter milik saya terkait kondisi kampanye yang sangat memprihatinkan. Semakin mendekati masa tenang, berbagai macam berita hitam makin tersebar luas seolah bukannya mempersatukan malah menebar benih kebencian.
Saya risih. Saya bingung, kemana kesadaran semua orang bahwa salah satu dari dua orang calon itu akan memimpin Indonesia? Kenapa justru benih kebencian yang disebarluaskan bukannya benih kedamaian menyambut pemilihan? Saya heran.
Keheranan saya menuntun saya bercuap di twitter dan lalu, salah seorang teman saya mengirimkan link salah satu video YouTube lewat mention ke account twitter saya. Video itu diunggah oleh salah satu pengguna YouTube yang memiliki account Edward Suhadi.
Di dalam kumpulan video yang telah diunggah oleh beliau, terdapat hampir 20an lebih video yang menampilkan pendapat-pendapat beberapa orang dengan tema '60 detik buat kamu yang masih bingung'. Video ini yang menjadi sebab musabab kulit saya jadi meramang. Mereka menyatakan alasan mereka memilih dan mendukung nomor dua. Semuanya pengakuan pribadi. Semuanya menjawab pertanyaan mengapa mereka memilih nomor 2.
Semua video dengan tema itu kemudian saya tonton dan dengarkan. Saya merinding. Berulang-ulang kali saya bilang, saya merinding. Entah kenapa. Bahkan, beberapa video diantaranya membuat saya HAMPIR menitikkan air mata. Saya juga tidak tahu mengapa. Mungkin karena saya begitu terharu mendengar pengakuan singkat nan jujur itu. Singkat, sangat singkat. Pengakuan yang terlihat tulus. Pengakuan yang menjadi buah dari pengalaman yang kebanyakan mereka alami sendiri. Pengakuan dari rakyat biasa sampai artis yang kita kenal. Pengakuan yang saya rasa cukup untuk menggambarkan betapa saya dan banyak orang di luar sana punya harapan yang begitu tinggi kepada calon nomor dua.
Tak berhenti di situ saja, saya mulai mencari banyak lagi video tentang si calon nomor dua. Kebanyakan adalah lagu. Dan tercengangnya saya, di media video terbesar itu, saya menemukan beberapa lagu untuk Jokowi. Dari keroncong hingga jazz, dari yang biasa hingga musisi berkelas. Tak percaya? Mari saya beri linknya:
- REVOLUSI MENTAL by Various Artists (Barry Likumahuwa, Glenn Fredly, Ivan Saba, J-Flow, Dira Sugandi, Muhadkly, Sheggario, Indra Azis, Banyu Biru, Adityalogy, Monica Hapsari, Raesaka, Al Zaidy, Stereocase, Dmaz Brodjonegoro, Abdee Negara, Teddy Adhitya, dll)
- Salam Dua Jari Slank and Friends Revolusi Mental
- Salam Dua Jari Full version
- Lagu Jokowi Presidenku
- Bersatu Padu Coblos Nomor Dua
- Flashmob 2000 penari di Bundaran HI
- Flashmob Kita Pasti Bisa
- Parodi menggunakan lagu Good Time
Belum lagi pengakuan beberapa orang lain yang saya dengar lewat video-video ini:
Bagaimana saya bisa tidak tersentuh dan terharu melihat dukungan kepada beliau yang sangat banyak? Memang, sangat tidak adil ketika saya hanya menonjolkan pilihan nomor dua. Tapi beliaulah pilihan saya.
Bukan hanya beliau yang membuat saya kagum akan cerita dan kisah perjalanan karir politiknya. Tapi juga orang-orang yang di belakangnya. Sebut saja Anies Baswedan dan Dahlan Iskan. Selain itu, para relawannya juga yang saya kira bisa buat sejarah. GBK dibuat penuh dan dibersihkan setelahnya. Golput akhirnya luluh untuk tidak terus menjadi golput. Semua itulah yang buat saya akhirnya tak sabar menanti si 9 Juli untuk datang ke TPS.
Saya bukan pengamat politik ataupun manusia yang melek politik. Tapi, dengan informasi yang coba saya kumpulkan dan dengan segala bukti di berbagai media yang coba saya kais satu demi satu, saya akhirnya memilih.
Saya memilih nomor dua dengan segala kerendahan hati beliau, dengan segala sifat kerakyatan beliau, dengan pengaruh beliau, dengan sifat kepemimpinan beliau, dengan tangan beliau yang merangkul bukan menunjuk. Dengan garis horizontal bukan garis vertikal. Dengan mengajak kerjasama dan bukan memerintah seenaknya.
Saya yakin, bukan hanya saya yang berharap. Saya yakin, banyak orang di luar sana yang juga penuh harap.
Ini pilihan saya, dan saya harap, kalian juga yakin dengan pilihan kalian. Kumpulkan info sebanyak-banyaknya dan buka mata kalian dengan lebih luas lagi. Sukseskan pesta demokrasi 9 Juli untuk pemerintahan baru yang bersih.
Saya pada dua jari.
PS: Awasi pemilihan presiden BESOK! Buka link ini --> LAWAN PILPRES CURANG!
No comments:
Post a Comment
Thanks for leaving a comment :)