Hmm, tapi kali ini sedikit berbeda.
Nyanyi Sunyi Kembang-kembang Genjer, begitu judulnya.
https://fbcdn-sphotos-e-a.akamaihd.net/hphotos-ak-prn1/t1/1925219_1466560503556019_527052966_n.jpg |
Waktunya juga tidak begitu lama.
Namun sangat berhasil membuat yang hadir terpana.
Pertunjukan ini memang sederhana.
Cukup diperankan enam orang saja.
Cerita yang lama terpendam seakan ditampilkan secara nyata.
Eyang-eyang berumur tua yang berharta derita.
Kala dulu mereka disiksa, difitnah, bahkan terpaksa mendekam di penjara.
Dianiaya.
Jelas saja mereka tak bisa apa-apa, mereka semua tak berdaya.
Siksa itu tentu tak bisa dilupa.
Apalagi oleh mereka yang menderita.
Derita melahirkan di penjara.
Derita disetubuhi di penjara.
Derita kehilangan suami yang dicinta.
Dan juga,
Derita memendam rahasia bertahun lamanya.
Saya memang miris menyaksikannya, tapi saya kagum akan kekuatan para eyang itu di luar sana.
Semua karena harapan mereka masih ada.
Harapan dan cinta yang tumbuh dalam jiwa.
Mereka bisa.
Pasti kita juga bisa, bukan?
Kuatlah, tersenyumlah, pada apa yang mereka bilang kehidupan.
Peliharalah harapan.
Biar boleh kita tuai di masa depan.
Selamat bagi mereka yang terlibat pementasan.
Baik mereka yang tampil di depan maupun bagi mereka yang tak langsung kelihatan.
Terima kasih juga pada kemanusiaan.
Mungkin karena kamu masih hidup, maka pementasan ini tercipta.
Selamat bagi penulis naskah, sekaligus sutradara yang mencipta.
Saya...suka...
No comments:
Post a Comment
Thanks for leaving a comment :)