Tuesday, February 17, 2015

Jupiter Ascending: Where Symbols Represent The Reality

Pernah terbayangkah oleh kalian (dan saya) bagaimana sosok atau rupa sebuah kekuatan Maha yang mengatur skenario kehidupan di bumi ini? Sebagian percaya, bahwa Ia adalah yang kita kenal dengan Tuhan. Sebagian lagi, justru lebih percaya akan teori-teori ilmiah atau sains yang menjabarkan asal-muasal kehidupan atau proses berlangsungnya kehidupan dari sudut pandang atom atau partikel.

Terlepas dari basa basi saya di atas, kita semua seharusnya telah sadar bahwa pada dasarnya, semua hal yang terjadi di bumi ini masih merupakan misteri. Tidak ada yang tahu siapa sebenarnya pengendali dunia ini. Pengendali nafas kehidupan di sebuah planet bernama bumi. Ya, kenapa bumi? Kenapa manusia? Kenapa nafas? Kenapa hidup? All things are still a mystery for us, humans. Karena tak ada jawaban yang dapat memuaskan hasrat ingin tahu manusia seratus persen, mari kita biarkan misteri demikian tetap menjadi misteri dan manusia tetap pada hakekatnya mencari.

Pencarian akan sebuah pengendali bumi mungkin justru berbuah imajinasi kreatif dari The Wachowskis. Dalam film Jupiter Ascending yang dirilis pada tahun 2015 (I randomly watched it a few days ago), The Wachowskis seakan sangat leluasa bermain dalam kreasi yang berporos pada manusia, kehidupan, dan bumi. Jupiter Ascending bagi saya menjadi sebuah karya yang lahir dari peleburan sel cerita yang sedikit rumit dipahami, diaduk dengan campuran efek sinematografis yang canggih, serta disempurnakan oleh pemeran utama yang menyilaukan mata hati. Channing Tatum and Mila Kunis


Sumber
SINOPSIS

Jupiter Ascending menampilkan 'pemilik bumi' dari sudut pandang dan pemikiran yang berbeda. Film ini menceritakan tentang kehidupan sosok wanita muda bernama Jupiter Jones, seorang pekerja bersih-bersih toilet yang setiap pagi hari mengatakan "I hate my life" sebelum akhirnya bangun dari tempat tidur. Ia tinggal bersama ibu dan keluarga ibunya karena ayah Jupiter sudah tewas dibunuh pada suatu kejadian perampokan sebelum Jupiter lahir.

Penggalan kisah lain muncul ketika sebuah keluarga yang tinggal di tataran luar angkasa mulai masuk ke dalam jalannya cerita. Namanya keluarga Abrasax. Keluarga Abrasax terdiri dari tiga orang anak yang sudah ditinggalkan oleh ibunya karena mati dibunuh. Masing-masing anak yang bernama Balem, Kalique, dan Titus ini mengambil alih planet yang berbeda sebagai wujud dari harta warisan yang ditinggalkan sang ibunda. Bumi, sebagai planet yang hidup, berkembang, dan berpopulasi, dikisahkan menjadi hak penuh seorang Balem. Malang bagi Balem, Bumi yang terlalu menggiurkan tersebut perlahan juga ingin direbut oleh seorang Titus yang tak lain adalah saudara Balem sendiri. 

Seorang Balem meyakini, bahwa ibunya yang sudah tiada itu telah menjelma menjadi seorang manusia biasa setelah melalui proses reinkarnasi. Dengan melakukan penyelidikan yang dieksekusi oleh kaki tangannya, Balem menemukan bahwa adalah seorang perempuan bernama Katharine Dunlevy yang menjadi reinkarnasi dari ibunya. Sadar bahwa gen Abrasax berdiam dalam diri Katharine Dunlevy dan keadaan tersebut akan mengancam status kepemilikannya akan Bumi, Balem memerintahkan bawahannya untuk menghabisi nyawa Katharine. 

Di sisi lain, seorang Jupiter sedang ingin membeli sebuah teleskop, namun ia tidak memiliki cukup uang. Saudara sepupu Jupiter menawarkan sebuah pekerjaan menarik agar Jupiter dapat memperoleh uang. Wanita ini harus menjual sel telurnya dan ia akan mendapatkan imbalan sebesar USD 5.000. Merasa tawaran tersebut sangat menarik, Jupiter memutuskan untuk merelakan sel telurnya. Demi kelancaran prosedur penyerahan sel telurnya, Jupiter menggunakan nama samaran temannya yang tak lain adalah Katharine Dunlevy.

Pada saat prosedur operasi mulai dijalankan, ternyata agen-agen medis yang ada di ruang operasi Jupiter justru berusaha membunuh Jupiter dengan memutus aliran oksigen yang ada. Agen-agen medis ini kemudian diketahui merupakan agen-agen utusan Balem yang menyamar menjadi manusia. Sebelumnya, agen-agen ini telah berusaha membunuh Katharine Dunlevy yang sebenarnya. Hanya saja, karena adanya perbedaan gen antara Katharine dan Jupiter (dan agen-agen Balem tersebut dapat mengenali perbedaan tersebut), maka pembunuhan akan Katharine yang asli tidak berhasil. Kemudian, agen-agen Balem tersebut segera mendapatkan bahwa target mereka sebenarnya adalah Jupiter Jones. 

Sesaat ketika Jupiter hampir kehilangan nyawa, seorang Caine Wise makhluk dengan genetika campuran masuk mendobrak ruang operasi dan menggagalkan proses penghilangan nyawa tersebut. Caine Wise-lah orang yang di dalam film ini menjadi penyelamat Jupiter dalam berbagai situasi dan kondisi yang mengancam. Caine Wise sesungguhnya adalah utusan seorang Titus yang ditugaskan untuk menemukan keberadaan Jupiter dan membawa Jupiter ke hadapan Titus. Akan tetapi, setelah menemukan Jupiter, Caine justru tidak melaksanakan tugasnya untuk menghantarkan Jupiter ke Titus. Ia malah menemani dan mendampingi Jupiter bahkan saat ia mengklaim gelar Abrasax-nya gelar yang memungkinkan Jupiter untuk mengambil alih planet Bumi dari tangan Balem.

Ancaman hidup bagi Jupiter bukan berasal dari pihak seorang Balem saja, melainkan juga dari sisi Titus. Terlebih ketika Jupiter telah mendengar dari Kalique tentang siapa sesungguhnya ia dan kemudian memutuskan untuk melakukan klaim atas kepemilikannya terhadap bumi, Titus makin gencar ingin membunuh Jupiter. Rencana Titus, begitu ia tau Jupiter telah menjadi pemilik sah atas planet Bumi, ia akan menikahi Jupiter dan membunuh Jupiter setelahnya. Tujuannya jelas, Titus ingin agar Bumi menjadi miliknya seutuhnya.

Dengan keinginan yang besar untuk melawan berbagai rencana jahat itu, Jupiter dibantu oleh Caine berjuang untuk mempertahankan kepemilikan Bumi di tangannya. Intrik dan konflik selalu muncul secara bergantian di film ini hingga pada akhirnya Jupiter ditampilkan berhasil mencapai tujuannya. Ia tetap menjadi pemilik sah Bumi yang diakui oleh pemerintahan ruang angkasa (tidak secara gamblang ditampilkan). Namun begitu, Jupiter kembali ke Bumi dan menjalankan hidupnya seperti biasa.

Mengapa Bumi Seolah Begitu Menggiurkan?

Dari sudut pandang keluarga Abrasax, Bumi dipandang sebagai satu lahan peternakan super besar yang menjadikan manusia sebagai hasil ternak paling utama. Kehadiran manusia dalam jumlah banyak merupakan sebuah keuntungan besar bagi keluarga Abrasax, terutama Balem dan Titus. Manusia dianggap sebagai komoditas utama perdagangan intergalaksi karena dari manusia-lah, bangsa makhluk luar angkasa (alien) termasuk Abrasax, dapat menjadi awet muda dan terus memperpanjang masa hidupnya.

Bagaimana bisa manusia menghidupi alien? Tentu saja, semua berasal dari sebuah imajinasi. Imajinasi mampu untuk menghasilkan apa saja. Termasuk imajinasi The Wachowskis menciptakan metode serum sebagai 'makanan' bagi para alien dalam film tersebut. Sayangnya, satu tabung berisi serum memperpanjang umur itu baru dapat dihasilkan dari seratus ekor manusia. Tentu saja, satu tabung serum tidak mungkin cukup bagi para alien yang saya sendiri tidak tahu ada berapa jumlahnya dalam film itu. Dengan demikian, Bumi sebagai penghasil manusia terbanyak di ruang angkasa ini kendatinya menjadi sumber 'kehidupan' yang begitu menggiurkan.

Cara berpikirnya mudah saja. Jika bahan utama pembuatan serum itu dalam hal ini manusia dikuasai oleh keluarga Abrasax, dan keluarga Abrasax dapat menciptakan bertabung-tabung serum, kemudian menjualnya kepada para alien yang membutuhkan, berapa keuntungan yang akan mereka dapatkan? 

Kehidupan dan keuntungan kemudian menjadi dua unsur yang mengikat dalam satu rantai kehidupan. Pihak yang memiliki keuntungan, tentu memiliki kapital untuk menghasilkan sesuatu untuk terus mempertahankan kehidupan. Ibaratnya, manusia butuh uang untuk membeli makanan untuk menyambung hidup, sementara Abrasax (dan makhluk-makhluk aneh lainnya, mungkin) butuh manusia untuk hidup. Karena populasi manusia paling meledak di planet Bumi, maka tak heran, Bumi menjadi begitu 'lezat' di mata mereka.

Pandangan Singkat

Di film ini, saya dipaksa untuk mengerti dan memahami permainan simbol yang digunakan. Waktu, manusia, planet, bumi, alien, bahkan serum. Dan secara otomatis, saya mencoba berusaha menggali makna yang hendak dibawa. Entah pada akhirnya makna yang saya tangkap adalah benar makna yang The Wachowskis hendak sampaikan pula atau malah salah, saya tidak tahu. Yang saya tahu, saya bebas berinterpretasi.

Betapa Berharganya Sebuah Waktu
Ada satu bagian di dalam film tersebut yang membuat saya terkesan. Adegan tersebut menampilkan Kalique yang sedang menjelaskan kepada Jupiter yang sesungguhnya adalah reinkarnasi ibunya tentang hal yang paling berharga dalam hidup bangsa mereka,

"For Abrasax Industries, the single, and most valuable commodity, is not oil, gas, or electricity, but time"

Film ini menjadi menarik ketika bukan lagi sumber daya alam yang menjadi daya tarik utama, melainkan waktu. Manusia di kehidupan nyata mungkin masih mendewakan komoditi seperti yang disebutkan di atas oil, gas, and electricity—. Tetapi manusia, kita, lupa akan satu hal, waktu. Waktu terus berjalan dan kadang-kadang kita tidak pernah sadar sudah berapa lama waktu yang kita habiskan untuk melakukan sesuatu. Berbeda dari pandangan tersebut, Abrasax dkk justru tidak akan pernah mau kehilangan waktu. Waktu bisa menjadi komoditi yang dapat diperdagangkan. Komoditi yang jika dirunut asal-muasalnya, akan bermuara pada manusia yang pada imajinasinya diceritakan sebagai bahan dasar pencipta 'waktu'. 

Bila boleh saya artikan simbol 'waktu' dalam film ini, saya menemukan bahwa 'waktu' tak ubahnya adalah 'makanan' bagi para alien yang berkeliaran di luar angkasa sana. Sedang manusia, tak ada bedanya dengan tingkat piramida paling bawah dalam piramida kehidupan untuk kehidupan luar angkasa sana.

Pentingnya 'waktu' bagi para alien itu bagi saya seakan menjadi sentilan terhadap kehidupan manusia yang seringkali mengabaikan waktu. Mengabaikan masa hidupnya, lama hidupnya. 

Saya pribadi merasa diingatkan akan kehadiran sosok waktu yang pada hakekatnya tidak boleh tidak harus diperhatikan. BUKAN diabaikan. Jika waktu berhenti, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Jika waktu kita habis, kita sudah berbuat apa?

Keserakahan

Perebutan bumi antara Titus dan Balem hanya menunjukkan dua kekuatan yang tidak pernah puas akan apa yang sudah mereka miliki. Mereka bahkan memiliki rencana untuk membunuh seseorang yang ditengarai adalah reinkarnasi ibunya sendiri. Dengan kata lain, keserakahan terlalu lihai bermain dalam benak mereka. Bahkan dalam hubungan persaudaraan atau keluarga yang idealnya harmonis.

Jika di dunia ini di bumi tempat para makhluk yang namanya manusia menjalankan hidup, kita bisa menyaksikan adanya drama perebutan lahan, perebutan sumber daya, eksplorasi sumber daya alam secara besar-besaran untuk memuaskan hasrat serakah pihak-pihak tertentu, maka di dalam film Jupiter Ascending, sumber daya yang diperebutkan bukan lagi lahan atau alam, melainkan adalah manusia. Meskipun seolah-olah lingkup 'aksi serakah' yang dilakukan lebih luas lagi dari hanya sekadar satu planet bumi saja, intinya hanya satu, keserakahan hanya berujung petaka. Bijaknya, jangan jadi serakah, jangan gelap mata, apabila tidak ingin celaka. 

Pesan sederhana yang bisa indera saya tangkap hanya satu. Keserakahan hanya berujung kehancuran. Dalam hal apapun, dalam kondisi apapun, dalam kehidupan di manapun. Terbukti, di akhir cerita ini Titus diindikasikan sebagai pihak yang akan menerima ganjaran atas rencana jahatnya membunuh Jupiter. Balem sendiri terbunuh karena terjatuh dalam pertengkarannya dengan Jupiter. Keserakahan itu kejam, saudara-saudara. Tak kenal siapa dan bagaimana hubungannya, sekali serakah menghajar masuk, maka habislah. 

Pengendali Bumi Tetap Misteri

Saya tidak tahu apakah pandangan saya yang terakhir ini dapat dipahami atau tidak. Yang pasti, pada akhirnya saya masih merasa ada satu rahasia yang tidak terungkap. Yakni mengenai siapa yang menguasai alam semesta. Jupiter boleh saja menguasai bumi. Namun jika memang benar lingkup cerita ini hanya sebagai perluasan representasi apa yang terjadi sebenarnya di bumi, maka tetap tidak ada seorangpun yang tahu siapa pengendali alam semesta —sebuah simbol yang saya pahami sebagai representasi dari bumi itu sendiri—. 

Saya harap kalian tidak bingung dengan apa yang saya jabarkan karena saya juga tidak ingin terjebak dalam kebingungan yang kalian bingungkan. Jadi, pada akhirnya dalam film ini, saya dapat menyimpulkan bahwa 'waktu' merupakan simbol 'makanan', 'manusia' menjadi simbol 'produsen makanan', dan 'Abrasax' menjadi simbol 'manusia'. Kalau boleh saya menerka-nerka lagi, sekiranya dinasti Abrasax ini juga dapat dipahami sebagai sebuah simbol. Jupiter Jones sebagai reinkarnasi seorang Ibu dari Balem, Kalique, dan Titus dapat dipandang sebagai 'Bumi' itu sendiri. Ketiga anaknya dapat dilihat sebagai simbol dari beragam bangsa yang mendiami bumi. Dan planet-planet yang dikuasai setiap anaknya, saya lihat sebagai simbol dari lahan-lahan di atas bumi itu sendiri. Ada lahan yang 'menghasilkan'. Ada lahan yang 'kurang menguntungkan'. Untuk merebut yang 'menghasilkan' tersebut, timbulah 'kompetisi'. Hati-hati terjebak sosok serakah, kompetisi itu mungkin saja tidak berujung suka.

Nah, terlepas dari pemahaman beraneka simbol dalam film ini, lantas siapa yang menjadi simbol penguasa alam semesta yang selama ini kita yakini mengendalikan bumi? Yang pasti, bukan The Abrasax, karena yang saya pahami, Abrasax adalah justru manusia itu sendiri.

Still, all things are a mystery for us, humans. Nobody can explain it precisely.

No comments:

Post a Comment

Thanks for leaving a comment :)