HALO!
Setelah sebelumnya saya menulis dengan topik-topik yang (kayaknya kok sok) serius, seperti topik KPK vs POLRI atau topik S2, kali ini saya kebetulan ingin menuangkan gagasan saya tentang topik yang tidak terlalu serius. Tentang Instagram.
Sebelum membaca postingan ini, saya mau nanya, kalian punya akun nggak di Instagram?
Kalau punya: oke, berarti kalian akan mampu memahami tulisan saya kali ini.
Kalau nggak punya: oke, berarti kalian cukup membaca saja, tidak perlu memahami *loh*.
Hehe, terlepas dari eksis atau nggaknya kalian di dunia per-Instagram-an, tulisan ini pada dasarnya ingin menyuarakan apa yang saya pikirkan tentang salah satu unsur ber-Instagram. Yap, tentang Hashtag atau Tagar.
Definisi Hashtag Atau Tagar
Kalau saya tidak salah mengamati dan menyimpulkan, hashtag yang dicantumkan pada setiap caption foto di Instagram itu sesungguhnya adalah sebuah cara yang sangat amat memudahkan para pengguna Instagram dalam menyebarluaskan hasil karyanya. Hashtag tersebut idealnya merupakan kata kunci —biasanya diawali oleh tanda pagar— yang mungkin akan diketikkan para pengguna lain dalam pencarian kategori foto tertentu. Kata kunci tersebut tentunya harus berkaitan dengan tema dari karya foto yang diunggah ke Instagram.
Misalnya:
1. Untuk foto makanan, minuman, cemilan, atau restoran, biasanya hashtag yang muncul adalah #instafood, #culinary, #foodgasm, #foodphotography, #dailyfood, dan lain sebagainya.
2. Untuk foto pantai, laut, gunung, atau pemandangan, biasanya hashtag yang digunakan adalah #instatravel, #travelphotography, #traveling, #beach, #mountain, #hiking, dan atau #beautifulIndonesia.
3. Untuk foto yang berkaitan dengan fashion atau style seseorang, hashtag yang muncul pun akan berbeda, yaitu #fashion, #instaootd, #ootd, dan lain-lain.
|
Salah satu contoh penggunaan hashtag |
Masih banyak tema-tema foto lain yang mungkin diunggah ke Instagram. Sebut saja tema otomotif, sejarah, wedding, human interest, atau bahkan foto-foto pribadi alias selfie.
Hashtag yang tidak terikat pada satu tema khusus pun ada, misalnya #instagram, #photooftheday, #bestphoto, dan masih (super) banyak lagi.
Hashtag juga biasanya digunakan sebagai salah satu unsur kompetisi foto di Instagram. Salah satu contoh hashtag yang saya ketahui berlaku untuk kompetisi adalah #BatikJelajahNusantara yang digaungkan oleh @BatikAir beberapa bulan yang lalu. Para peserta kompetisi diwajibkan untuk mengikutsertakan hashtag tersebut di dalam setiap caption foto yang dilombakan.
Jika dicermati, penggunaan hashtag khusus seperti itu sekiranya bertujuan untuk memudahkan juri atau tim penyelenggara lomba dalam melacak foto mana saja yang telah berpartisipasi dalam kompetisi. Sebagai peserta, kita juga dapat melihat-lihat foto apa saja yang sudah diunggah untuk perlombaan, tentunya dengan mengakses hashtag yang disyaratkan tersebut.
Kok Tidak Pakai Hashtag?
Nah menariknya, selain menemukan pengguna yang rajin ber-hashtag, saya juga menemukan beberapa following saya di Instagram yang tidak menyertakan hashtag pada setiap fotonya. Padahal kan kalau ada hashtag-nya, foto tersebut akan memiliki kesempatan lebih besar untuk dilihat secara lebih luas lagi. Tul ndak?
Sebagai contoh, ketika saya sedang ingin melihat berbagai macam foto kecantikan dan keindahan alam Indonesia, tentu saya akan mencari foto-foto dengan hashtag #beautifulIndonesia atau #InstaNusantara. Setelah saya mengakses hashtag tersebut, maka seketika saya akan disuguhkan berbagai macam foto pemandangan alam Indonesia. Jika foto tersebut memang benar-benar bagus dan menarik, bukan tidak mungkin saya akan mencoba mem-follow akun si pengunggah. Tul ndak?
Begitupun dengan saya. Di akun Instagram milik sendiri, dapat dikatakan followers saya masih sangat sedikit. Untuk itu, bagaimana caranya saya menyebarluaskan foto saya agar dapat dilihat berbagai pasang mata di segala penjuru dunia? Jelas saja, salah satunya dengan hashtag. Kadang-kadang, beberapa orang yang tidak saya kenal malahan tertarik untuk menekan opsi follow di profil saya. Lumayan kan, kekuatan si hashtag itu? Tul ndak?
Lantas kira-kira kenapa ya banyak pengguna Instagram —baik yang merupakan following saya atau bukan— tidak mengikutsertakan satu atau beberapa hashtag dalam fotonya?
Untuk menjawab pertanyaan ini, saya kira, saya butuh riset yang panjang, mendalam, dan melelahkan hingga saya dapat memberikan jawaban yang akurat. Namun, sehubungan dengan niat saya yang tidak sebesar itu untuk mendalami persoalan ini, maka saya akan mencoba untuk berasumsi saja.
1. MUNGKIN SAJA jumlah followers mereka sudah banyak
Asumsi pertama ini mungkin yang paling masuk akal. Jika followers seseorang sudah banyak, tentu saja kemungkinan untuk mendapatkan banyak likes pada setiap foto akan semakin besar. Selain itu, tanpa penggunaan hashtag, karya foto mereka sudah pasti mampu tersebar secara luas. Minimal, followers yang menurutnya sudah banyak itu akan melihat karya-karya dari mereka yang mengunggah.
2. MUNGKIN SAJA likers setia mereka sudah banyak
Alasan kedua ini mungkin masih dapat diterima juga. Bisa saja ketika seorang instagrammer tidak mencantumkan hashtag pada setiap fotonya, ia masih mampu memperoleh banyak likes. Dengan kata lain, penikmat foto mereka sudah terhitung banyak, so penggunaan hashtag tidak lagi dianggap terlalu penting.
3. MUNGKIN SAJA strategi mereka sudah terlampau cerdas
Alasan ketiga ini mungkin jauh lebih strategis. Jika seseorang tidak menggunakan hashtag, itu bisa saja disebabkan oleh strategi mereka yang pintar dalam memancing pengguna lain untuk berkunjung ke profilnya. Salah satu strateginya adalah sering-sering memberikan like atau mampir ke profil pengguna lain. Dalam hal ini, asas balas budi kemungkinan besar dapat diterapkan. Saya mampir ke profil kamu, saya like foto kamu, jadi kamu mampir ke profil saya juga ya, kamu like foto saya juga ya. Kurang lebih begitu.
Perlu disadari, balas-membalas like ini sebaiknya dilakukan karena benar-benar suka akan kualitas fotonya, bukan hanya pemaksaan balas budi semata.
4. MUNGKIN SAJA mereka lelah
Ya, untuk mengetikkan beragam hashtag, pasti akan dibutuhkan waktu lebih banyak hingga pada akhirnya sebuah foto dapat muncul di laman profil Instagram seseorang. Salah seorang teman saya juga mengakui hal ini. Ia merasa malas mengetikkan banyak hashtag karena cukup memakan waktu. Jadi nambah-nambahin kerjaan. Akan lebih mudah jika langsung upload saja dengan caption seadanya.
5. MUNGKIN SAJA mereka nggak mau IG-nya jelek
Instagram jelek? Kok bisa? Ada seorang teman yang mengatakan pada saya bahwa ia lebih suka caption yang simpel-simpel namun menarik. Tidak perlu banyak hashtag. Menurut dia, kalau menggunakan banyak hashtag, maka akan membuat laman profilnya jelek.
Alasan ini masih dapat diterima sih, mengingat hashtag yang super banyak akan sangat memenuhi caption sebuah foto yang tampil di setiap laman profil Instagram. Hal ini berakibat pada hilangnya daya tarik dari laman profil Instagram seseorang itu. Kalau sudah seperti itu, opsi untuk tidak mencantumkan hashtag yang kelewat banyak adalah sebuah solusi yang tepat.
6. MUNGKIN SAJA mereka bangga
Alasan ini sesungguhnya didasarkan pada insting saya sebagai seorang manusia. Ketika saya mengunggah sebuah foto ke akun Instagram milik saya, dan saya tidak menyertakan hashtag di caption-nya, namun saya mendapatkan like yang sangat banyak, tentunya saya akan merasa bangga. Jelas, dong! Hashtag itu kan salah satu bentuk promosi hasil karya. Kalau saya tidak perlu susah-susah promosi, tapi penikmat dan penyuka foto saya sudah banyak, masa iya saya nggak bangga?
Mungkin suatu saat nanti, jika saya berhasil mencapai titik ini, dalam hati saya akan berkata kepada pengguna yang masih memasang hashtag, "Nih liat, instagram gue aja nggak perlu pake hashtag banyak-banyak, udah bejibun yang nge-like!"*.
*Edisi nyolot plus sombong. Woooo! Hehe.*
7. MUNGKIN SAJA mereka nggak mau ganggu
Alasan ketujuh ini merupakan asumsi saya yang terakhir sekaligus alasan yang membawa saya pada bagian tulisan yang selanjutnya. Mungkin, ada beberapa orang yang merasa bahwa dengan banyaknya hashtag yang disertakan pada setiap fotonya, orang-orang lain (atau followers-nya) akan merasa terganggu. Jika seseorang merasa terganggu, bukan tidak mungkin, tombol unfollow dapat ditekan dengan segera. Pasti, sebagian besar pengguna Instagram (termasuk saya) akan merasa terusik jika jumlah followersnya berkurang, apalagi jika hanya disebabkan oleh penggunaan hashtag yang tidak tepat.
Mungkin (lagi-lagi mungkin), ada juga sih orang-orang yang tidak peduli akan jumlah followers-nya. Mau di-follow ya syukur, mau nggak di-follow ya syukur. Tapi logikanya, orang-orang seperti ini biasanya juga nggak akan peduli apakah posting-an mereka di Instagram mengganggu atau nggak. Yang penting judulnya berkarya.
Patut diingat, ketujuh alasan yang saya kemukakan di atas masih sebatas asumsi, belum kesimpulan pasti. Jadi, masih ada kemungkinan bahwa saya salah. Tapi, bagaimana kalau saya benar? Ya, bagus lah bagus dong itu sih urusannya.
Hashtag, Mengganggukah?
Sesuai apa yang sudah saya singgung di poin ketujuh, poin tersebut adalah poin yang cukup menarik untuk mengantarkan saya hingga tiba pada pembahasan ini. Apakah benar, penggunaan hashtag pada setiap foto kita di Instagram mengganggu?
Lagi-lagi, karena saya tidak riset, jadinya tulisan ini hanyalah bersumber pada asumsi dan ide di dalam otak saja. Ah ya, tentunya juga dengan pengamatan sehari-hari plus ditambah pengalaman diri sendiri bermain Instagram.
Bagi saya pribadi, penggunaan hashtag itu tidak mengganggu. Selama, penggunaannya wajar dan tidak berlebihan. Saya justru sampai sekarang masih menilai hashtag sebagai cara yang paling efektif dalam menyebarluaskan (mempromosikan) hasil foto saya kepada orang lain, baik mereka yang saya kenal, maupun yang saya tidak kenal. Hashtag juga nyatanya, berfungsi dalam menaikkan jumlah followers saya di Instagram.
Lantas, kriteria apa saja yang membuat penggunaan hashtag itu menjadi sangat mengganggu dan seyogianya harus dihindari?
1. Penggunaan Hashtag Yang Tidak Sesuai Dengan Tema Foto
Kalau kalian ingin melihat-lihat foto dengan hashtag #beautifulIndonesia, tapi yang kalian temukan justru gambar alat kosmetik atau kecantikan, kesel nggak? Kalau kalian sedang mengakses foto-foto ber-hashtag #foodgasm, tapi kalian justru melihat gambar mobil balap di parkiran hotel mewah, bete nggak? Penggunaan hashtag yang tidak berhubungan dengan tema foto inilah yang harus dihindari.
Seringkali, untuk mendapatkan banyak like, seseorang menggunakan beraneka ragam hashtag bahkan yang tidak berhubungan sama sekali dengan foto yang diunggah. Memang benar, semakin banyak hashtag yang digunakan, maka akan semakin besar kemungkinan foto kalian akan dilihat oleh orang lain. Tapi mbok ya nggak gitu juga caranya. Jangan menggunakan hashtag secara berlebihan, apalagi sampai melencong begitu dari tema foto. Ini baru namanya ganggu.
2. Jumlah Hashtag Yang Ngalahin Jumlah Sekantong Permen
Isi satu kantong permen biasanya berapa? 30? 40? Nah, kalau bisa, ketika kalian memutuskan untuk memasang hashtag pada setiap posting-an di Instagram, jangan sampai jumlahnya melebihi 30 atau 40. 20 hashtag saja sudah tergolong banyak, apalagi 30 atau 40 hashtag? Pastinya akan mengganggu mereka yang melihat foto kalian.
3. Penggunaan Hashtag #TagsForLike #Follow4Follow #Like4Like, dll.
Penggunaan hashtag lainnya yang tergolong mengganggu adalah penggunaan hashtag-hashtag di atas. Jujur, saya pernah menggunakan salah satu di antaranya hanya untuk melihat sesignifikan apa penambahan like atau followers Instagram saya. Namun, lama-kelamaan saya merasa bahwa hashtag ini mengganggu. Selain karena tidak ada hubungannya dengan tema foto tertentu, hashtag semacam ini juga seolah memaksa pengguna lain untuk berbalasbudi BUKAN berdasarkan kualitas sebuah karya, melainkan berdasarkan kuantitas saja.
Jika saya menggunakan hashtag ini, maka orang-orang tidak akan memfollow saya berdasarkan ketertarikannya akan karya saya, tetapi orang-orang akan memfollow saya karena saya sudah terlebih dulu memfollow dia, padahal belum tentu saya menyukai karyanya. Logikanya, saya pun hanya terpaksa memfollow dia.
Setelah penjabaran di atas, mungkin saya pada akhirnya bisa memberikan kesimpulan bahwa pada dasarnya, penggunaan hashtag di setiap posting-an Instagram itu adalah berguna dan bermanfaat. Asalkan jangan berlebihan dan jangan mengganggu sesama pengguna Instagram, apalagi pengguna yang memfollow kalian.
Kalian yang memilih untuk tidak menggunakan hashtag juga jangan sampai menyangka bahwa pengguna hashtag dalam jumlah banyak (namun wajar) seperti saya adalah orang-orang yang fotonya tidak laku. Mereka (dan juga saya) hanya sedang berusaha untuk promosi dan menyebarluaskan karya, jadiiiiii tolong dimaklumi dan dimengerti saja. He-he-he.
Sebagai pemain Instagram, jangan sampai juga kalian membiarkan foto-foto bagus kalian di-upload tanpa menggunakan satupun hashtag. Kalau begitu ceritanya, bagaimana orang-orang yang tidak mem-follow Instagram kalian dapat melihat indahnya foto kalian?
So, seperti nasihat-nasihat bersosial media pada umumnya, cerdas-cerdaslah dalam memanfaatkan akun sosial media yang kalian punya. Sebuah nilai tambah jika kalian mampu membuat akun kalian menjadi disukai dan bernilai. Selamat ber-hashtag!
Thank you for reading.